Mohon tunggu...
asep jamaludin
asep jamaludin Mohon Tunggu... -

menggeluti dunia filsafat dan pendidikan menjadi salah satu hobi saya ketika sedang berada disuatu tempat yang sendiri. sharing ide dan eksplorasi desain nalar merupakan makanan sehari-hari yang ga pernah jelas dan mengarah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fitrah Manusia

28 Januari 2011   12:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:06 3194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Moment perhelatan yang terjadi seputar dunia pendidikan sepertinya tidak akan pernah usai, sepanjang manusia tetap berpendidikan. Hal ini berarti bahwa pendidikan adalah satu-satunya sarana atau media atau fasilitas yang dimiliki manusia yang berguna untuk membentuk pribadinya menjadi lebih baik lagi. Pernyataan ini selaras dengan Arifin yang mengatakan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik yang bisa menghasilkan manusia berbudaya tinggi dengan personalitas dan tanggungjawabnya.[1]

Secara filosofis manusia terdri atas rohani dan jasmani dimana jasmani merupakan bentuk fisik dari manusia itu sedangkan rohani merupakan jiwa manusia yang merupakan prinsip hidup manusia. [2] prinsip hidup itulah yang menjadi pendukung dan pendorong semua tindakan pun tindakan berfikir dan berkehendak.

Pendidikan dikatakakan sebagai sarana yang membentuk manusia menjadi baik. Secara filosofis pengertian manusia menjadi baik ialah baik secara kepribadian yang ditampilkan dalam tingkah lakunya. Tindakan yang ditampilkan dalam bentuk perbuatan seutuhnya merupakan ekspresi mental dalam diri manusia. Dengan demikian maka yang disebutkan bahwa pendidikan merupakan sarana yang diperuntukan untuk membentuk manusia menjadi baik dalah manusia yang baik secara mental dimana mental merupakan kondisi kejiwaan manusia.

Dalam pandangan lain, Pendidikan merupakan upaya manusia yang diarahkan kepada manusia lain dengan harapan agar mereka ini, berkat pendidikan (pengajaran) itu kelak menjadi manusia yang shaleh, yang berbuat sebagai mana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa yang tidak patut dilakukannya.[3]

Manusia yang baru lahir dari perut ibunya masih sangat lemah, tidak berdaya dan tidak mengetahui apa-apa. Untuk menjadi hamba Allah yang selalu menyembah-Nya dengan tulus dan menjadi khalifah-Nya dimuka bumi, anak tersebut membutuhkan perawatan, bimbingan dan pengembangan segenap potensinya kepada tujuan yang benar. Ia harus dikembangkan segala potensinya kearah yang positif melalui suatu upaya yang disebut sebagai al-Tarbiyah, al-Ta’dib, al-Ta’lim atau yang kita kenal dengan “pendidikan”.[4]

Manusia sebagai makhluk paedagogik membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Sehingga dengan potensi tersebut mampu menjadi khalifah dibumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi denganfitrah Allah berupa keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.[5]

fitrah manusia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik melalui pendidikan. Oleh karena itu pendidikan Islam bertugas membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan fitrah manusia tersebut sehingga terbentuk seorang yang berkepribadian muslim.

Potensi dasar tersebut atau lebih dikenal dengan istilah fitrah harus terpelihara dan berkembang dengan baik. Sebab tugas pendidikan adalah menjadikan potensi dasar itu lebih berdaya guna, berfungsi secara wajar dan manusiawi.

Potensi fitrah yang diberikan Allah itu, menurut Abdullah Nashih Ulwan sebagi “fitrah tauhid” aqidah iman kepada Allah dan atas dasar kesucian yang tidak ternoda.[1]

Menurut H.M. Arifin, fitrah adalah suatu kemampuan dasar manusia yang dianugerahkan Allah kepadanya, yang di dalamnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia.[2]

Seiring dengan lajunya pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peranan pendidikan akan menjadi semakin penting. Karena disamping kemajuan ilmu pengetahuan yang menuntut sumber daya manusia yang berkualitas (khalifah Allah dibumi). Juga pendidikan berperan sebagai pengarah dari lajunya perkembangan pengetahuan itu sendiri, sehingga hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak akan merusak nilai manusia itu sendiri.[3]

Al-Quran sebagai tumpuan dasar hidup dan kehidupan manusia dan sekaligus sumber ajaran Islam memuat begitu banyak segi kehidupan. Begitu banyak yang tercakup dalam ayat-ayatnya, baik yang tersirat maupun yang tersurat, dari prihidup kemanusiaan sampai menerobos keberbagai bidang ilmu pengetahuan.

Salah satu yang terpenting dalam ajaran Islam adalah pendidikan, yang merupakan faktor fundamental dalam kehidupan manusia, telah menjadi salah satu bidang yang tercakup dalam kandungan ayat-ayat suci al-Quran dan bahkan menjadi topik yang utama. Sebab Rasulullah sendiri diutus oleh Allah untuk mengajarkan dan mendidik manusia untuk dapat mengenal Allah dan Rasulnya.

Sebagaimana Fazlur Rahman pernah menyatakan dalam bukunya, Al-Quran mengajarkan bahwa kemajuan beragama terjadi melalui proses belajar dan amat menekankan pada pentingnya proses belajar.[4]

Dalam al-Quran terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca kisah Lukman ayat 12 sampai dengan ayat 19. cerita itu mengariskan prinsip-prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak, ibadat, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai suatu kegiatan dan amal saleh, itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh karena itu pendidikan Islam harus menggunakan al-Quran sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam. Dengan kata lain, pendidikan Islam harus berlandaskan ayat-ayat al-Quran yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan.[5]

Dengan memakai dasar al-Quran ini, maka pendidikan Islam harus mengarah kepada terciptanya manusia yang seimbang antara kehidupan didunia dan akhirat, dalam rangka beribadah kepada Allah SWT sebagaimana yang telah Dia gariskan kembali dalam al-Quran Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S al-Qashash: 77)[6].

Untuk membina kepribadian yang sejalan dengan fitrah manusia sebagaimana ditunjukkan oleh al-Quran dan Sunnah, diperlukan proses pendidikan yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan manusia kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Allah yang mengabdikan diri kepada-Nya.

8H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996), Cet. 4, h. 97

9 Syahidin, h. 1-2

10Fazlur Rahman, Al-Quran Sumber Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. 2, h. 39

[5]Zakiyah Darajat, h. 22

[6]Departemen Agama, h. 623

[1] H.M Arifin, “Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner”, (Jakarta, Bumi Aksara; 2003) h. 7

[2] Poerdjawinata, “Pembimbing Kearah Alam Filsafat”, (Jakarta, Rineka Cipta; 2005) h. 199

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun