Para politisi harus ingat bahwa mereka bekerja untuk kesejahteraan masyarakat dan bukan untuk golongan tertentu. Mereka harus menjadikan kesejahteraan masyarakat sebagai landasan utama ketika mengambil keputusan politik. Ketika seorang politisi atau pejabat yang berkuasa benar-benar memprioritaskan kepentingan masyarakat, mereka akan terdorong untuk mempertahankan idealisme yang dimiliki.
4. Meneladani Kepimpinan Rasul dan Sahabatnya
Para pejabat yang memasuki dunia politik harus mengingat bahwa Rasul dan sahabatnya bekerja untuk masyarakat. Mereka mengesampingkan urusan pribadi agar kekuasaan dapat berjalan damai dan tentram. Kekuasaan hanya bersifat sementara dan suatu saat dapat hilang. Oleh karena itu, idealisme dalam diri pejabat perlu ditingkatkan agar tidak tergoda oleh rayuan buruk dari politik praktis.Â
Kesimpulan
Dengan demikian, tantangan besar muncul ketika mempertahankan kebaikan dan idealisme dalam dunia politik. Berbagai godaan kekuasaan dan keuntungan dapat membuat seseorang goyah dan sulit mempertahankan idealisme. Namun, bukan tidak mungkin jika seseorang tetap berpegang teguh pada prinsip idealismenya. Hal ini dapat dilakukan jika menerapkan solusi di atas. Dengan menerapkan prinsip moral dan transparansi, maka seorang politisi atau pejabat publik dapat tetap berpegang teguh pada kebaikan dan idealisme meskipun berada di lingkungan yang penuh tekanan dan tantangan dalam berpolitik.Â
Sumber:
Dahl, R. A. (1989). Democracy and Its Critics. Yale University Press.
Gianto. (2021). Hamba Tuhan dan Politik Praktis. Coram Mundo: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, Volume 3 Nomor 2 2021, Page 59-64.Â
Mahfud MD. (2010). Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Putra, N. R. ., & Linda, R. (2022). Corruption in Indonesia: A challenge for social changes. Integritas : Jurnal Antikorupsi, 8(1), 13–24. https://doi.org/10.32697/integritas.v8i1.898.Â
Ritaudin, Sidi. (2012). Benturan Politik: Antara Idealisme dan Pramagtisme. Harakindo Publishing: Bandar Lampung.