Mohon tunggu...
Asep Imansyah
Asep Imansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1-Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran

Hobi membaca dan menulis tentang sejarah baik fiksi maupun non-fiksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Politik Praktis: Antara Idealisme dan Godaan Kekuasaan

2 November 2024   22:54 Diperbarui: 6 November 2024   11:24 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik Praktis: Antara Idealisme dan Godaan Kekuasaan

Idealisme dan Politik Praktis

Seseorang yang masuk ke dunia politik praktis seringkali menghadapi dilema untuk mempertahankan idealismenya ditengah realitas politik yang kotor. Memang tidak semua politik itu kotor, namun kebanyakan demikian. Hal ini karena untuk memperoleh kekuasaan dalam politik perlu cara yang tidak biasa dan bersifat negatif. Banyak orang yang memang awalnya bersikap idealisme dengan membawa gagasan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Namun, dalam perjalanannya politik itu banyak sekali tantangan mulai dari kompromi-kompromi dan tekanan-tekanan dari pihak lain, termasuk tuntutan partai politik. Semua hal itu dapat menguji dan menggoyahkan idealisme seseorang. Pertanyaan pun muncul: bisakah mereka tetap mempertahankan kebaikan dan idealisme ketika masuk ke kehidupan politik praktis? Jawabannya, tentu saja tidak dan akan sangat sulit. 

Politik praktis yang sejalan dengan moral agama dan idealisme hanya terjadi ketika zaman nabi dahulu. Bagi zaman sekarang sangat sulit melihat seorang politisi yang jujur dan baik. Mereka semua sering menyembunyikan keburukannya di belakang masyarakat. 

Politik sendiri adalah alat untuk mencapai kekuasaan tertinggi. Maka, banyak orang yang tergoda untuk mengesampingkan nilai idealismenya demi memperoleh keuntungan. Bagi para politisi dukungan publik sangat penting karena dapat memajukan kariernya. Tanpa dukungan ini, para politisi akan kehilangan jabatannya di pemerintahan. Untuk tetap bertahan, maka idealismenya disingkirkan dan kekuasaan politik akan didapatkan. 

Jika melihat demikian, maka penerapan idealisme dalam politik praktis akan sulit dan tidak konsisten. Banyak orang awalnya baik dan menjunjung tinggi moral, namun setelah masuk politik praktis berubah prinsipnya. Tentunya, ada beberapa alasan ketika seseorang berubah prinsip yang berbeda dari idealisme awalnya sehingga sulit menolak godaan keuntungan berupa kekuasaan yang ditawarkan oleh pihak lain, alasan itu yaitu:

1. Banyak Tekanan Politik sehingga Politisi Semakin Kompetitif

Sistem politik modern dan dulu sangat berbeda penerapannya. Politik modern lebih banyak didominasi oleh kepentingan seseorang dari partai yang ingin memiliki kekuasaan. Ketika kompetisi berlangsung, seorang individu akan merasa tertekan dan harus terpaksa untuk berkompromi dan memihak salah satu pihak agar kekuasaannya tetap aman. 

Orang yang idealis akan berkonflik dan mendapat tekanan dari pihak yang berbeda kepentingannya. Contoh, seseorang ketika pemilu membutuhkan dana finansial. Lalu, ada yang menawarkan bantuan dan orang ini berbeda prinsipnya. Orang idealis pun akan kalah jika kasusnya demikian, karena takut tidak akan bisa ikut pemilu jika tidak menerima kesepakatan itu. 

2. Pragmatisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun