Kepercayaan adalah harga mati dalam menjalani kehidupan. tidak ada tempat se-inchi pun bagi siapa saja yang mengkhianati kepercayaan. kepercayaan disini bukanlah kepercayaan yang bersifat religi. kepercayaan disini merupakan hubungan antara manusia dengan manusia. manusia memang tempat salah dan benar hanya milik Allah, sang pencipta alam semesta. tapi sifat ini hendaknya tidak dijadikan alibi dalam menjalani kehidupan. kesalahan seperti mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan terasa sangat mahal harganya. seseorang akan berkata bahwa semua itu (red: ketika berbohong) merupakan khilaf sebagai bagian dari manusia yang merupakan tempat salah. paradigma yang salah dalam meamandang derajat manusia. memang benar menusia merupakan tempatnya salah, akan tetapi tidak serta merta membiarkan diri menjadi pembohong. bohong merupakan penyakit hati. ketika seseorang berbohong untuk alasan apapun, maka akan terbiasa. seperti pepatah " Ala bisa karena terbiasa". seperti pula pemain sepakbola yang instingnya terlatih karena intensifnya latihan mereka.begitu pula berbohong. semakin sering kita lakukan, tanpa kita sadari kita akan merasa nyaman untuk terus berbohong. jika dianalogikan, berbohong itu seperti kita menancapkan paku pada kayu yang masih mulus tanpa ada cacat. setelah dipaku lalu kita cabut paku itu, maka akan tersisa lubangnya. jika berbohong adalah tindakan kita menancapkan paku, lalu kita dimaafkan atas khilaf tersebut adalah dicabutnya paku dari kayu. maka lubang bekas paku adalah rasa sakit akibat dibohongi yang akan sulit ditutupi. manusia memang tempat berbuat dan berkata salah. tapi berusahalah menjadi manusia yang mampu mengendalikan diri untuk tidak berbohong. Â ketika kita berbohong, maka kita akan menutupi kebohongan itu dengan kebohongan lainnya. (Pict:Â http://opiezip.blogspot.com/2011/07/serial-bohong.html)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H