Rat Race, dalam konfigurasi cineas impor, yang kemudian diterjemahkan secara afik oleh beberapa stasiun televis hingga bioskop-bioskop mancanegara lokal, sebenarnya kalau boleh menganalogikan, karya yang diperankan seniorita Rowan Atkinson itu, memang tidak hanya sekadar sedikit mencumbu karya mendiang budayawan ternama Kuntowijoyo semata, terutama pada kreasi front covernya, atau membuka imajinasi Supernova-nya Dewi, atau kegenitannya Saman karya unggulan cantik Ayu Utami, meskipun sebagian pembaca mesti harus sedikit berbolak-balik membacanya, hanya sekadar memahami jelas substansi isinya, terutama sejak membaca gambar cover depannya atau kreasi judul beserta besar kecilnya jenis font yang digunakan, daftar isi, hingga ringkasan paling akhir sebuah bacaan, dimana para pembaca biasaatau resensor, sudah pasti bisa menebak keseluruhan cerita yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Tidak jauh membaca bangunan konfigurasi cineas impor India, para pengamat film hingga penonton biasa pun sudah bisa menyimpulkan bahwa endingnya selalu happy ending.
Akan tetapi yang lebih menarik lagi, Rowan telah berhasil meyakinkan penonton bahwa dengan segala kesungguhan beserta kelebihan dan kekurangan jam biologisnya, Rowan telah berhasil berada di garis terdepan, meskipun pada akhirnya rekan-rekan seperjalanannya lebih awal membuka sebuah kotak yang berisi sekarung uang dolaran, hanya karena jam biologis Rowan harus tunduk beristirahat pada sekitar meteran jarak menuju kotak akhir yang diperbutkan oleh para penjelajah dengan berbagai pelangi karakteristiknya. Mereka adalah para petualang sejati yang tidak hanya mengandalkan kemampuan intelegensinya, namun mereka juga harus berhadapan dengan sebuah komunitas yang tidak hanya sebentar menjeda perjalanan besarnya, akan tetapi mereka berusaha mengorek santun kelebihan, kekurangan dan kebiasaan pribadi mereka masing-masing dengan cara yang kreatif, spontan, dan mesti berurusan dengan sedikit stabilitas emosional para penjelajah. Mereka menguji problematika kekompakan sebuah keluarga, imajinasi dan dinamika naturalis anak-anak muda, atau supporter-supporter yang diam-diam men-support mereka pada tempat vip yang hanya diketahui para petinggi saja, sama halnya dengan apa yang ditulis oleh Kuntowijoyo. Hanya saja, bedanya, Kuntowijoyo lebih cerdik dalam mengangkat beberapa identitas karakteristik beragam etnis penduduk lokal, yang berusaha mengembangkan pekerjaan lokalnya di negeri Paman Sam.
Tentu saja, meskipun karya cineas dan sastra unggulan teratas ini terdefinisikan oleh ruang dan waktu, namun siapa tahu di setiap beranda hingga profil yang dapat diketahui oleh para explorer, tema-tema tersebut sempat menjadi referensi dalam membangun dan membuka celah-celah dalam upaya menciptakan trend terkini yang bukan hanya membangun paradigm baru semata, namun menjadi referensi cerdas dan terang benderang dalam mengisi dan membuka seluas-luasnya konfigurasi peradaban di masa-masa mendatang. [AF]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H