Mohon tunggu...
ASEP FITRIANA
ASEP FITRIANA Mohon Tunggu... -

Let's read and write again. E-mail: asepfitriana76@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Trend Kesuksesan

27 Januari 2016   07:46 Diperbarui: 27 Januari 2016   07:58 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terpikirkah, apakah seluruh kenyataan ini adalah harapan Anda? Atau, apakah sebenarnya hal yang penting dan berharga itu? Hartakah, perusahaankah, apartemenkah, keturunankah, penghargaankah, jenjang karirkah, kesehatankah, mitra kerjakah, organisasikah, atau cukup hanya memiliki satu cap saja di tangan, Anda bebas mengelilingi berbagai tempat yang Anda sukai, persis seperti menjelajahi dunia Fantasi atau Dufan? Lalu, kalau harapan tersebut keluar dari catatan yang sebenarnya, salahnya apa?

Pilihan pribadikah itu semua? Atau ini memang perihal nasib? Ya. Barangkali bahasa pendidikan bilang, setiap orang sebenarnya dilahirkan dengan keunggulannya masing-masing. Atau bahasa religi sebutkan, hidup ini sebenarnya sudah ada rule of the gamesnya atau petunjuknya. Jadi jangan susah-susah, do it saja. Realitasnya, memang semakin besar keinginan, tentu semakin besar pula perjuangan dan waktu yang harus tersedia. Strateginya memang sudah klasik. Pendekatan formal informal, atau managemen waktu yang cerdas, yang seringkali banyak ditempuh oleh kebanyakan orang pada umumnya. Dan kenyataannya, lulusan pendidikan dasar, ternyata tidak kalah suksesnya dibandingkan dengan lulusan sarjana, bukan bermaksud untuk mengatakan, sebenarnya sekolah itu jangan tinggi-tinggi dan mahal-mahal. Yang penting cepat lulus, biaya terjangkau, langsung kerja, dan beranak pinak. Silahkan saja pilih, mana yang menjadi langkah pertama. Semua ada konsekwensinya. Dan terbukti, kesuksesan, sesuatu yang menjadi barang unik yang dicari orang banyak itu, memang tidak terpikir malah semakin bertingkat-tingkat dan memiliki mazhabnya tersendiri. Sedangkan di sisi lain trend healthy lifing dan social lifing semakin menjadi sesuatu yang penting, dan menjadi pembicaraan hot di setiap media manapun tidak terkecuali media semisal jejaring sosial. Karena healthy lifing, yaitu improvisasi antara dunia gizi, dunia olahraga, dunia spiritual, dan dunia kerja itu, semakin terbukti meningkatkan ketahanan tubuh, meski 100% belum ada analisis bahwa aktivitas ini benar-benar clear keberadaannya. Sedangkan dalam social lifing pun, yaitu improvisasi antara dunia mikro pribadi dan dunia makro antar pribadi, terbukti semakin lebih memberikan arti tentang keberadaan private pribadi itu sendiri dan seterusnya. Kekosongan semakin gaduh, kegaduhan semakin teduh, meski 100% juga belum ada penelitian, bahwa aktivitas ini benar-benar menjadi trend dan greget bagi generasi muda maupun generasi tua. Artinya bahwa dunia individualism, memang dunia yang juga lebih mengasyikkan bahkan selalu menjadi puncak tangga lagu teratas di setiap musim dan trend. Bukankah kita terlahir sendiri dan pulang pun sendirian juga, kan?

Oya. Kesuksesan, memang bukanlah semuanya atau semaunya. Kesuksesan memang relative, abstrak, dan luas. Ada yang berpendapat, sukses itu, lihatlah penampilan dan kesehatan tubuhnya. Ada yang berpendapat, sukses itu, lihatlah harta kekayaan yang dimilikinya. Ada yang berpendapat, sukses itu, lihatlah nilai-nilai kebaikan yang telah ditanamkan pada kehidupan dirinya, keluarganya, maupun masyarakat pada umumnya. Ada juga yang berpendapat, sukses itu, sebenarnya sesuatu yang rahasia dan sesuatu yang misterius. Bob Dylan bilang, sukses itu seperti hati ibarat cermin samudera lautan, yang teramat dalam dan sangat misterius. Karena maknanya yang luas tersebut, arti kesuksesan, barangkali semakin menjadi kalimat yang masa bodo, atau emang gue pikirin, atau bahkan menjadi bahan diskusi yang tak pernah selesai-selesai. Yang penting, ikuti dan jalani saja hidup ini sesuai dengan petunjuk dan penjelasan yang sudah ada, perkara sukses tidaknya itu, yang penting orang itu mesti ikhlas, sabar dan senang menjalani aktivitasnya, orang banyak pun merasakan hal yang sama. Di akhirat masuk surga, tentu siapa yang tidak suka, kan? [AF]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun