Mohon tunggu...
ASEP FITRIANA
ASEP FITRIANA Mohon Tunggu... -

Let's read and write again. E-mail: asepfitriana76@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Defragmenter In This World?

18 Januari 2016   13:09 Diperbarui: 18 Januari 2016   13:21 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Defragmenter, bukanlah pornografism atau terorism action. Dikenal, memang sejak teknologi komputer mulai dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja, atau dianggap penting. Akan tetapi meskipun demikian, defragmentasi sebenarnya kalau mau sedikit beranalogi atau bercermin, istilah bahasa teknologi windows Bill ini, hampir dipastikan seringkali ditemukan sekali dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang bisa saja masuk dalam wilayah private sendiri, berkerumun, hingga sadar tak sadar larut dalam sebuah bangunan kelompok atau organisasi yang sama-sama memiliki ikatan dan dinamika yang luar biasa. Aktivitas defragmentasi, seakan dianggap mampu merapatkan kembali barisan, mempercepat langkah, mensinkronisasi energi, dan mendayagunakan kembali sesuatu yang dianggap lemah.

Aktivitas kehidupan keseharian kita, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sebuah harddisk bagian komponen system computer, tempat menyimpan sejumlah bahasa dan sejumlah gambar yang sengaja dan tidak sengaja masuk dalam ruang kesadaran kita. Kekuatan dan kelemahan komponen tersebut, tidak jauh berbeda dengan system biologis manusia, yang mana satu sama lainnya saling berinteraksi dan saling membutuhkan untuk mencapai tempat yang akan dituju. Salah satu saja komponen error atau lemah, daya kerja system biologis atau computer akan mengalami drop menurun, daya kerja lamban, sering sakit-sakitan, error, hingga mesti beristirahat lama-lama yang akan sangat merugikan bagi aktivitas kehidupan, yang semestinya hidup harus diisi dengan hal-hal yang bermanfaat dan menyenangkan bagi dirinya sendiri maupun bagi kehidupan bersosial.

Sebenarnya alur histories yang terbentuk dalam budaya, tradisi hingga religi, memang telah banyak mengajarkan secara diam-diam hingga secara terang-terangan tentang bagaimana kehidupan ini harus disikapi dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi karena setiap zaman memiliki nuansa problematiknya sendiri, sedangkan ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang terkadang dianggap asing dan mahal, paradigma cara memandang kenyataan pun pada akhirnya memang sangatlah berbeda-beda. Akan tetapi, sesuatu yang pasti, bahwa barangsiapa yang menanam kebaikan, akan pula menuai sebuah kebaikan. Siapa yang mencari akan menemukan, dan siapa yang melangkah akan pasti melaju, meskipun dalam kenyataannya kita seringkali menemukan sesuatu yang berlawanan, entah karena factor kesalahan, ujian, atau sesuatu yang sukar dan kurang bisa dijelaskan, sebagai bagian dari sebuah semesta keberhasilan. James Watt, seorang ilmuwan klassik penemu bohlam listrik, menurut sumber terpercaya, hampir melakukan 2000 (dua ribu) kesalahan hingga ia menemukan bohlam lampu, yang karena kerja dan ketekunannya, hasil produk intelektualnya tersebut dapat dinikmati oleh hampir seluruh penghuni dunia dari berbagai kalangan dan jenjang. Lalu, bukan hanya semata saja sedikit belajar dari siapapun, sebenarnya, apa yang telah kita hasilkan selama hidup in this world?***

    

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun