Mohon tunggu...
ASEP FITRIANA
ASEP FITRIANA Mohon Tunggu... -

Let's read and write again. E-mail: asepfitriana76@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Memahami Kehidupan Surga

24 September 2014   11:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:43 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita, konon, tiga orang pemuda rupawan belia bertubuh kurus lunglai semampai itu, terjebak di sebuah samudra lautan lepas, selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun lamanya. Karena tidak sengaja menemukan dan menggosok sebuah benda aneh berbentuk teko, makhluk bertubuh besar itu tiba-tiba muncul, lalu bertanya pada ketiga pemuda tersebut. “Karena Baginda-Baginda telah mengeluarkan dan menyelamatkan saya dari teko ini, terus terang saja, saya menjadi sangat bahagia, bebas, dan merdeka. Karena itu jangan sungkan-sungkan, sebagai balas jasa saya karena Baginda telah menolong saya, apapun permintaan Baginda, akan segera saya kabulkan.”  “Baiklah wahai makhluk asing. Begini, saya sebenarnya sudah bosan dan jenuh berlayar tanpa menepi di lautan lepas ini. Saya memiliki keluarga, anak-anak, dan kehidupan di tepian. Saya teramat sangat merindukan mereka berkumpul kembali. Jadi, tolong kembalikan dan pertemukan saya dengan mereka.” Makhluk asing itu mendengarnya, berjampi-jampi, lalu tiba-tiba lenyaplah pemuda satu itu dari pandangan mereka. “Jangan khawatir, dia sudah saya penuhi permintaannya.”  Makhluk asing bertubuh besar dan mengapung itu, tiba-tiba berusaha meyakinkan mereka.

Merasa terkejut, pemuda yang kedua, dengan nada tergesa, lalu lekas memohon. “Wahai makhluk asing, Anda sungguh luar biasa!!?? Saya juga merasa jenuh dan bosan hidup berbulan-bulan di lautan lepas ini tanpa tujuan yang jelas. Coba saja bayangkan, setelah sekian tahun lamanya hidup mengendalikan perusahaan mewah saya dan hidup bertahun-tahun senang mewah mengurus kehidupan keluarga dan anak-anak saya, tiba-tiba saya harus terdampar di samudera lautan lepas ini tanpa arah dan tujuan yang jelas. Saya sungguh sangat menderita. Setiap malam, angin mendesir begitu memilukan. Cari makanan, susahnya luar biasa. Setiap waktu, saya terus dihantui dengan kedatangan ombak besar yang datang secara tiba-tiba. Badai hujan silih berganti, sementara daratan yang saya dambakan pun, tidak pernah saya ketemukan sama sekali. Jujur saja, saya depresi, stress, dan hampir putus asa wahai Makhluk asing. Jadi, tolonglah saya wahai makhluk asing, tolonglah saya, tolonglah saya kembalikan ke dunia saya yang sebenarnya. Saya merindukan perusahaan saya, keluarga, dan anak-anak saya.....” “Baiklah Baginda, cerita Baginda sungguh sangat menyedihkan dan menyentuh hati nurani saya. Karena Baginda telah menolong saya, permohonan Baginda akan lekas saya kabulkan.” Lalu tidak lama kemudian, beberapa detik saja, pemuda kedua itu menghilang dari pandangan mereka.

Sepertinya makhluk asing itu merasa kaget dengan tingkah laku pemuda yang ketiga. Lalu ia bertanya penuh keheranan. “Sepertinya Baginda nampak tenang-tenang saja tidak seperti kedua pemuda tadi. Boleh saya mengetahui alasannya, wahai Baginda?” “Wahai makhluk asing, saya ini pemuda biasa saja. Saya tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki keluarga, apalagi anak-anak. Kehidupan saya sungguh sangat terasing. Sebenarnya kepergian kedua pemuda tadi sungguh menambah penderitaan saya. Saya semakin terasing. Jadi, kalau boleh, tolong kembalikan lagi kedua pemuda tadi berkumpul lagi dengan saya, wahai makhluk asing.” “Ah yang bener Wahai Baginda? ”Ya!” “Baiklah wahai Baginda”. Singkat cerita, permohonan pemuda ketiga itu terkabul, hingga akhirnya mereka berkumpul kembali di sebuah samudra lautan lepas. Konon, diantara mereka ada yang bahagia, sementara kedua pemuda yang menghilang beberapa saat itu, tentu merasa kecewa sebab setelah beberapa saat berkumpul lagi dengan dunia pekerjaan, keluarga dan anak-anaknya, mereka harus kembali lagi berlayar mengarungi samudra lautan lepas entah sampai kapan akan berakhir. [dbs]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun