Mohon tunggu...
Asep Imaduddin AR
Asep Imaduddin AR Mohon Tunggu... Guru - Berminat pada sejarah

Alumnus PP Darussalam Ciamis dan Sejarah UPI. Bergiat di Kolektif Riset Sejarah Indonesia. asepdudinov@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Semangat Bola dari Panser Jerman

31 Maret 2010   08:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:05 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_151927" align="alignleft" width="400" caption="sumber: www.footballwallpapers.us"][/caption]

Tak genap rasanya jika sepak bola tanpa supporter. Tak ada sorak sorai, tak ada gegap gempita, tak ada tetabuhan yang mengiringi pemain memasuki laga pertandingan. Ya, pemain bola bagaikan prajurit yang akan maju ke medan perang. Mungkin seperti perang kurusetra antara pandawa dan kurawa. Prajurit itu mesti dibekali dengan spirit bahwa mereka lah yang akan jadi pemenang bukan orang lain. Tak ada kata menyerah sebelum pertandingan usai. Peluit terakhir ditiup wasit kala waktu telah habis adalah tanda bahwa pertandingan itu selesai, sebelum itu jangan ada kata mundur. Karena bagi seorang prajurit, mundur adalah kosakata hina yang hanya pantas disematkan bagi para pengecut.

Saya salut pada Tim Panser Jerman yang dikenal oleh jagad sepak bola sebagai tim yang selalu bermain habis habisan sampai waktu selesai. Julukannya pun adalah panser, atau tank. Orang Sunda menyebutnya tank waja. Tank yang terbuat dari baja dan bukan terbuat dari peuyeum. Baja adalah metal yang sangat kuat, mengolah baja mesti dalam titik didih tertentu, mungkin di atas ribuan derajat celcius.

Berkali kali, ketika berangkat kerja di pantura, saya melihat truk tronton yang mengangkut baja baja dari arah barat Pulau Jawa, menuju arah timur Pulau Jawa, agaknya sebagai tiang tiang pabrik. Saya yang memakai motor tampak kecil dibanding dengan truknya dan apalagi baja bajanya. Di Indonesia ada pabrik baja terkenal, namanya Krakatau Steel tempatnya di Cilegon Banten. Di India ada penguasa baja terkenal dan masuk dalam jajaran orang kaya dunia, namanya Lakshmi Mittal, mudah mudahan tak salah penyebutannya.

Dan Kesebelasan Jerman adalah salah satu kesebelasan yang tangguh sekuat baja dilihat dari julukannya. Ini bukan omong kosong tanpa makna, Jerman sudah membuktikannya di lapangan hijau. Saya mengambil ingatan yang masih membekas di otak, lalu waktu diputar pada 1996. Saat itu saya masih belajar di salah satu pesantren di selatan Jawa Barat, dan kebetulan di pertengahan tahun-kalau tak salah Bulan Juni-digelar lah Piala Eropa dengan tuan rumah Inggris. Saya menontonnya di warung pesantren yang ada teve nya.

Di final bertemu lah antara Jerman dan Ceko. Jerman dan Ceko sama sama bangsa petarung, warisan dari nenek moyang mereka yang tangguh. Waktu normal 2 kali 45 menit berakhir seri 1-1, itu pun Jerman ketinggalan lebih dahulu dari Ceko, Jerman menyamakan kedudukan lewat gol Lothar Matthaeus. Terpaksalah dilakukan sudden death, perpanjangan waktu 2 kali 15 menit dengan catatan apabila gol pertama masuk ia lah tim pemenang. Lima belas menit pertama yang melelahkan berakhir seri, dan mesti dilanjut 15 menit kedua. Mungkin Jerman berpikir tak mau penalti, karena menang penalti berbau untung untungan. Kedua kesebelasan dengan semangat yang masih tersisa kembali bertarung demi harga diri sebuah status bernama Juara Eropa.

Pantaslah jika Jerman disebut sebagai kesebelasan yang mempunyai mental juara dan spesialisasi kompetisi. Tak hanya disebut Panser, Jerman juga disebut mesin diesel. Mesin yang pada awalnya lambat untuk panas, dan segera panas ketika menjelang akhir babak babak akhir. Begitulah Jerman. Dengan semangat pantang menyerah, Jerman memecah kebuntuan itu dengan gol yang dihasilkan oleh Rudi Voller, pemain berambut perak dengan kumis yang lucu. Alhasil, Jerman menjadi kampiun Piala Eropa 1996 setelah sebelumnya juga juara pada 1980 dan 1972.

Perlu juga dicatat bahwa Jerman telah meraih gelar juara dunia pada 1954, 1974, dan 1970. Partisipasi Jerman di World Cup pun tak kalah ciamik. Ia berpartisipasi di hampir semua putaran final Piala Dunia kecuali tahun 1930 di Uruguay dan 1950 di Brazil. Saya mafhum kenapa Jerman tak ikut di Uruguay, mungkin saat itu Jerman sedang dalam suasana perang yang sedang dikobarkan oleh Hitler, pendiri partai NAZI yang ingin mengembalikan Bangsa Jerman sebagai bangsa yang unggul. Deutschland über alles in der Welt. Dan 1950, karena Jerman kalah perang dari sekutu. Ia mesti berbenah dari suasana negeri yang hancur lebur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun