Twenty Top Posts Sony Ericsson FIFA World Cup 2010 sedang menjalani masa voting-an oleh para netter di seluruh dunia. Utamanya para netter dari negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Korea, Aussie, dan New Zealand. 20 tulisan terbaik dari negara negara tersebut akan divoting dengan dua jempol yang sangat menentukan apakah akan pergi ke Afrika Selatan dan atau bertahan di negeri sendiri sembari menyaksikan Piala Dunia dari layar kaca. Bagi saya berangkat atau tak berangkat sama saja, tetapi delapan kompasianer yang itu berarti termasuk saya mungkin sedang harap harap cemas. Pergi ke luar negeri dan apalagi gratis memang sebuah anugerah. Tetapi, itu semua ditentukan oleh seberapa banyak tulisan tulisan tersebut meraih jempol.
Dua jempol itu adalah JEMPOL HIJAU ke atas yang berarti menambah point dan itu berarti berita bagus, ataukah JEMPOL KUNING menunjuk ke bawah yang berarti mengurangi point dan itu berarti sebersit kekecewaan akan menghujam ke dalam dada. Saya pernah merasakannya. Votingan saya pernah mencapai angka 30 an tetapi kemudian turun menjadi 20 an, naik lagi menjadi 50 an lalu turun lagi ke angka 30 an. Ah, ternyata bukan hanya kualitas iman saja yang bisa naik dan turun atau dalam bahasa pesantren yazidu wa yanqushu, tetapi votingan tulisan saya pun turun naik. Tak apalah, saya tetap bersyukur, dan karena gara gara tulisan saya masuk 20 top posts tiba tiba di facebook bertambah lah jumlah permintaan teman yang mesti dikonfirmasi.
Begitu tahu tulisan saya “Hatta and Football” masuk dalam nominasi 20 top posts, segeralah saya melakukan promosi sekedarnya, ke teman teman dekat, teman kuliah, dan masuk comment di facebook orang lain walau sama sekali tak nyambung dengan status yang dikatakan oleh facebooker tersebut, atau nyelonong ke chat area teman yang sedang on line walau teman tersebut tak mengajak saya bercakap. Dan itu hanya dilakukan pada hari pertama, hari selanjutnya tak lagi saya lakukan karena miris dengan perolehan postingan dari teman Malaysia dan teman Singapura yang melonjak drastis ke angka ratusan. Saya masih optimis dan juga sudah tawakal. Tinggal menunggu campur tangan Tuhan-lah keajaiban itu datang, dan keajaiban tidak hanya berlaku bagi saya, tetapi juga berlaku buat Sukron Abdillah, Lingga, Fikri, Joe, Kate Raj, Harris dan Agnes Davonar.
Oh ya, saya amat bersyukur karena di hari ke empat votingan ternyata Agnes dan Harris-kompasianer-berada di tempat-kalau tak salah-pertama dan kedua. Mereka mengalahkan nominator dari Malaysia dan Singapura yang pernah berada di jajaran dua besar. Inilah yang saya maksud bahwa mesti ada dari kompasianer yang mesti sampai ke Afrika Selatan.
Saya tak tahu berapa jatah dari sponsor untuk berangkat ke Afsel. Mudah mudahan empat orang. Dan jatah dua lagi harus dari Indonesia. Apakah saya sedang terjangkit chauvinisme ke-Indonesiaan? Semoga saja tidak, saya hanya sedikit meluapkan rasa nasionalisme yang saya punya bahwa negara Indonesia yang besar mesti juga berperan lebih besar, dan melalui kompetisi inilah salah satu media luapan nasionalisme tersebut.
Benua Afrika memang eksotis, dan mimpi berangkat ke sana untuk meliput World Cup 2010 adalah sebuah harapan yang sedang digantungkan oleh (mungkin) delapan kompasianer dari Indonesia, yang tak ingin berangkat silakan tunjuk tangan ! hahahaha. Dan perjuangan itu belum usai. Masih ada beberapa hari ke depan.
Merawat harapan adalah mutlak dilakukan karena dengan harapan lah manusia itu bisa bertahan hidup, begitulah Nietschze pernah berucap. Namun bagi saya, kalau pun tak jadi ke sana, izinkan lah saya mendapat sertifikat atau piagam yang menyatakan bahwa tulisan saya pernah terpilih di ajang ini dan masuk 20 besar seperti halnya Lingga yang berharap-kalau tak jadi ke Afrika-untuk tidur tujuh jam tanpa gangguan dan uang SPP kuliah satu juta dua ratus ribu.
Ya, saya perlu sertifikat-kalau ada-karena bisa digunakan sebagai salah satu portofolio untuk menggenapkan persyaratan sertifikasi guru di kemudian hari kelak. Nilainya lumayan besar karena ini bukan lagi event kompetisi lokal regional kedaerahan melainkan event yang melintasi batas negara khususnya sebagian di Asia Tenggara dan sebagian lagi Oceania, yakni Aussie dan Selandia Baru. Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H