Mohon tunggu...
Asep Imaduddin AR
Asep Imaduddin AR Mohon Tunggu... Guru - Berminat pada sejarah

Alumnus PP Darussalam Ciamis dan Sejarah UPI. Bergiat di Kolektif Riset Sejarah Indonesia. asepdudinov@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dari Sudut Bumi Manusia

28 Maret 2010   10:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:08 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_151932" align="alignleft" width="190" caption="sumber: id.wikipedia.org"][/caption]

Menjadi orang buangan di interniran Pulau Buru pasca pageblug 1965 adalah hal yang mesti dijalani oleh Pramoedya Ananta Toer. Ia menjadi tertuduh beridentitas komunis oleh rezim yang baru saja naik, rezim orde baru. Pram tentu saja tak punya kuasa, melakukan pembelaan pun tak pernah ia lakukan. Stigma kiri melekat begitu saja hanya karena ia (mungkin) berdekat dekat dengan seniman Lekra, sebuah organisasi kebudayaan yang kental dengan kecaman kecaman terhadap segala sesuatu yang berbau kapitalisme.

Pram masuk bui di Buru dan baru menghirup udara bebas pada 1980-an, namun tetap dengan pengawasan aparat keamanan.

Badan boleh dipenjara tetapi jiwa bisa terbang bebas ke mana mana. Dengan segenap ketekunannya, Pram berhasil menuntaskan Tetralogi Buru yang disebut sebut sebagai master piece nya Pramoedya Ananta Toer. Mungkin-salah satunya-karena karya inilah Pram berkali kali menjadi kandidat peraih Nobel Sastra. Sayang, sampai ia menutup mata pada 2006, Pram tak pernah mendapatkannya.

Bumi Manusia adalah buku pertama dari Tetralogi Buru. Mengenalkan sosok Minke. Seorang terpelajar yang berhasil keluar menjadi manusia merdeka di tengah feodalisme Jawa yang kental dan kolonialisme Belanda. Minke tak tunduk pada realitas yang mengepung dirinya secara rigid. Ia setidaknya sudah melawan, walau ia kalah di penghujung waktu.

Dalam Bumi Manusia terdapat beberapa parafrase yang bagus untuk direnungkan. Berikut beberapa diantaranya:

Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri (hal 59)

Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan (hal 77)

Cinta itu indah, juga kebinasaan yang mungkin membuntutinya. Orang harus berani menghadapi akibatnya (hal 81)

Wanita lebih suka mengabdi pada kekinian dan gentar pada ketuaan; mereka dicengkam oleh impian tentang kemudaan yang rapuh itu dan hendak bergayutan abadi pada kemudaan impian itu. Umur sungguh aniaya bagi wanita (hal 89)

Manusia yang wajar mesti punya sahabat, persahabatan tanpa pamrih. Tanpa sahabat hidup akan terlalu sunyi (hal 101)

Hidup bisa memberika segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima (hal 105)

Kehidupan senang bukan asal pemberian, tapi pergulatan sendiri (hal 231)

Melawan pada yang berilmu dan pengetahuan adalah menyerahkan diri pada maut dan kehinaan (hal 286)

Ketakutan itu kebodohan awal yang akan membodohkan semua (hal hal 310)

Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai (hal 313)

Pekerjaan pendidikan dan pengajaran tak lain dari usaha kemanusiaan (hal 435)

Sumber: Bumi Manusia, Lentera Dipantara

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun