Anak adalah permata berharga yang hadir di tengah-tengah kita. Ya, tidak semua orang bisa memiliki keturunan yang meneruskan mimpi, bahkan hal yang belum kita dapatkan. Banyak orang yang melakukan berbagai cara untuk mendapatkan seorang anak namun, ada pula yang melenyapkan bahkan membuang buah hatinya itu.
Sungguh kejam!
Nah, kita terkadang suka bingung ketika anak sudah besar bahkan dewasa. Bingung cara mendidiknya, cara mengawasi pergaulannya dan lain sebagainya. Sehingga, kita kelayapan mencari tips atau bahkan wejangan dari orang-orang yang berpengalaman untuk mendidik anak.
Kita ketahui, mendidik anak zaman dahulu dengan zaman modern itu sangat berbeda, bahkan cara perlakuannya pun sangat jauh berbeda. Seperti telah kita alami, zaman 90 ke bawah itu cara mendidik anaknya lebih keras tapi membuat anak jadi disiplin, sopan, bertanggung jawab dan beretika.
Nah, kalau pendidikan seperti itu diterapkan di zaman digital ini apakah mempan?
Bisa jadi anak kabur bahkan tidak mau mengenal kita lagi sebagai orang tuanya. Menyedihkan, kalau kita tidak dianggap lagi sama anak sendiri. Namun, sebagai orang tua kita mesti mengetahui sifat, karakteristik dan hal yang dia sukai untuk mendidiknya. Bukan yang dia sukai malah kita larang dan diganti dengan apa yang kita mau.
Bu, Pak. Anak itu bukan robot, bukan pula boneka yang semau kita menggerakannya. Anak juga butuh kebebasan, namun kebebasan itu bukan berarti kita membiarkan mereka liar, semaunya bahkan bikin kerusuhan. Yang terjadi, kita sebagai orang tua malu bahkan di mata tetangga sudah di anggap jelek.
Anak itu diibaratkan 'Padi' kalau kita mengurusnya dengan kasih sayang, menjaganya, memberinya nutrisi nanti akan kita rasakan hasilnya. Namun, kalau anak kita biarkan semaunya, lantas kita asik dengan pekerjaan dan tidak pernah memperdulikannya justru akan membuat kita menyesal.
Selain Pendidilan formal anak juga harus didekatkan dengan pendidikan rohani. Biar, lebih mudah dalam menjaga emosi dan berpikir lebih baik. Kita juga mendidik anak tidak melulu menyerahkan sepenuhnya kepad "Guru" yang membimbingnya belajar. Mereka juga ada keterbatasan. Tidak hanya anak kita yang didiknya, tapi puluhan bahkan ratusan. Oleh karena itu, sebaiknya sebagai orang tua yang baik, kita mesti menjadi tauladan, inspirasi bahkan pahlawan buat anak-anak kita.
Kita sebagai orang tua hanya memberikan mereka jalan, menjadi penjaga mereka agar ketika mereka berada dalam kesalahan bisa kita luruskan bukan dibiarkan bahkan di diamkan begitu saja. Memang, begitu sulitnya mendidik anak di era digital ini. Ya, seperti telah kita ketahui anak berumur 3 tahun sudah bisa mengoprasikan Handhpone orang tuanya. Ini sudah di luar perkiraan kita, bukan?
Lantas, kita harus menjauhkan mereka dari teknologi?