Mohon tunggu...
ASEP COKRO
ASEP COKRO Mohon Tunggu... Buruh - Jalan Tengah untuk KEMBALI..

Cintai CINTA.. ENGKAU cukup bagiku dan aku tidak akan bertanya lagi..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Opini: Omdo

24 Februari 2023   06:04 Diperbarui: 24 Februari 2023   06:09 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya menyukai bidang matematika sejak SLTP.. menjadi lebih tertantang ketika mendapatkan soal esai.. saya harus memilah dan memilih data-data yang ada, atau membedakan dan membandingkan.. setelah tersusun kalimat matematikanya atau persamaan matematikanya, barulah ilmu matematika diterapkan untuk mendapatkan solusinya..

Cara menyelesaikan persoalan esai matematika adalah sarana membentuk pola fikir, bagaimana seharusnya persoalan yang rumit dapat disederhanakan dan didapatkan solusinya.. betul juga kata oom Einstein, jika belum mampu menjelaskan dengan sederhana, maka (bisa jadi) belum paham persoalannya..

Pola di atas dapat juga dijadikan sebuah analogi, bagaimana seharusnya keadaan yang kurang baik menjadi baik atau lebih baik.. sebagai contoh, di piala dunia 2022, kesebelasan Jepang tampil dengan softpower-nya.. meski gagal dalam piala dunia, tim sepak bola Jepang tetap menjaga kebersihan dan kerapihan ruang timnya.. lebih umum dan sederhana, gerakan soft power adalah di manapun hadir, maka tempat itu tetap baik atau menjadi lebih baik..

Dari uraian di atas, kita seharusnya dapat dengan tegas membedakan kata PINTAR dan CERDAS dengan tepat.. kemampuan belajar (matematika misalnya), inventarisir data, analisa data, mendapatkan solusi, itu hanya masuk dalam kategori PINTAR.. jadi andaipun saya mampu inventarisir semua data di dunia dari kehidupan awal sampai saat ini, kemudian membuat konsep bagaimana kehidupan ini harus berjalan, tetap saja dalam kategori PINTAR, bukan CERDAS..

CERDAS lebih kepada gerak MEMBAKTIKAN ilmu pengetahuan untuk membuatnya segala sesuatunya tetap baik atau menjadi lebih baik.. pengetahuan itu tidak harus yang rumit seperti matematika dan fisika, misalnya.. sekedar pengetahuan hormat dan cium tangan kepada orang tua, ketika itu digerakkan, maka itu masuk kategori CERDAS.. atau seperti gerakan soft power yang dicontohkan tim sepak bola Jepang..

Jadi mohon maaf, sebagus apapun tulisan anda dan bahkan dianggap terbaik, itu hanya ada di batas PINTAR dan belum menjadi CERDAS, ketika itu hanyalah sebuah ide atau konsep belaka.. maka ada sebuah saran yang bijaksana : menulis yang baik yang telah anda lakukan atau melakukan yang baik yang dituliskan.. 

Semoga kita mampu mewujudkan tujuan pendidikan, yaitu mencerdaskan bukan sekedar PINTAR apalagi OMDO..

Semoga anda senantiasa dalam keselamatan dan kesejahteraan..

(syarat dan ketentuan barlaku)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun