Kopi jenis Arabika merupakan kopi yang paling pertama masuk ke Indonesia. Kopi ini dapat tumbuh pada ketinggian optimum sekitar 1000 sampai 1200 mdpl. Semakin tinggi lokasi penanaman, citarasa yang dihasilkan oleh bijinya semakin baik. Selain itu, kopi jenis ini sangat rentan pada penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Hemileia vastatrix, terutama pada ketinggian kurang dari 600 sampai 700 mdpl. Karat daun ini dapat menyebabkan produksi dan kualitas biji kopi menjadi turun (Indrawanto et.al,2010).
Karakter morfologi yang khas pada kopi Arabika adalah tajuk yang kecil, ramping, ada yang bersifat ketai dan ukuran daun yang kecil. Biji kopi Arabika memiliki beberapa karakteristik yang khas dibandingkan biji jenis kopi lainnya, seperti bentuknya yang agak memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi, lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya, ujung biji mengkilap, dan celah tengah dibagian datarnya berlekuk (Panggabean, 2011).
- Kopi Robusta
Kopi jenis Robusta merupakan kopi yang paling akhir dikembangkan oleh pemerintahan Belanda di Indonesia. Kopi ini lebih tahan terhadap cendawan Hemileia vas tatrix dan memiliki produksi yang tinggi dibandingkan kopi Liberika. Akan tetapi, citarasa yang dimilikinya tidak sebaik dari kopi jenis Arabika, sehingga dalam pasar Internasional kopi jenis ini memiliki indeks harga yang rendah dibandingkan kopi jenis Arabika. Kopi ini dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian diatas 600 sampai 700 m dpl (Indrawanto et al. 2010).
Mengenal apa itu kompos
Kompos adalah hasil proses pelapukan bahan bahan organik akibat adanya interaksi antara mikroorganisme pengurai yang bekerja di dalamnya. Pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan mempunyai nilai ekonomi. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik seperti sampah kota, limbah industri, serta limbah pertanian dan perkebunan.
Seringkali petani menganggap bahwa pupuk kompos hanya berasal dari kotoran hewan, padahal bahan yang dapat digunakan sangat banyak dan tersedia di lingkungan sekitar seperti: daun-daunan, biji-bijian tanaman, jerami dan sampah rumah tangga, cara membuatnya dapat dilakukan secara sederhana. Bahan organik di alam akan mengalami penguraian dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat.
Untuk mempercepat proses pengomposan telah banyak dikembangkan teknologi pengomposan, baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan berdasarkan penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien.
Pada dasarnya semua bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya:
limbah organik rumah tangga, sampah organik pasar/kota, kotoran/limbah peternakan (kotoran ternak, binatang, sisa makanan), limbah pertanian (daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, kulit biji dan sisa kayu), limbah agroindustri, limbah pabrik kelapa sawit dan lain-lain.
Beberapa manfaat kompos ditinjau dari berbagai aspek :
Aspek ekonomi :