[caption caption="Jokowi. Kompasnews.com"][/caption]Pengusutan kasus “Papa minta saham” yang menyeret Setya Novanto belum selesai di karnakan Jaksa Agung muhammad Prasetyo kesulitan mendatangkan Taipan minyak sekelas Riza Chalid yang begitu licin seperti belut, Riza Chalid tengah kabur terbirit birit ke luar negri dan batang hidungnya menghilang ditelan bumi, kemudian setelah terbongkarnya dokumen milik firma hukum Mossack Fonseca, atau dikenal sebagai The Panama Papers, yang ternyata membocorkan adanya nama M.Riza Cholid yang juga melibatkan persekongkolan banyak nama seperti keterkaitan Riza Cholid dan Johnny Gerard Plate dalam kongkalingkong jahat kasus Gold Manor International Ltd (juga melibatkan pejabat Pertamina dalam pengadaan tender minyak mentah Zatapi). Maka publik pun menjadi semakin ramai mengenai pembahasan kasus hebohnya si manusia belut ini.
Memburu mafia kelas kakap sekelas Riza Chalid tidaklah mudah, ia seperti "belut" yang begitu licin, dipegang langsung lepas dan kabur, Presiden Jokowi menyadari hal tersebut, ketika akan mengeluarkan undang-undang Tax Amnesti (Pengampunan pajak) kepada seluruh miliader Indonesia yang menggelapkan pajak, dalam kaitannya menarik kembali semua aset-aset yang mengendap di “Panama Papers” tersebut, Presiden pun menggelar pertemuan dengan para pimpinan DPR RI di Istana Merdeka yang juga turut dihadirkan Setya Novanto, tentu publik terheran-heran, bukankah Jokowi marah besar atas ulah Riza Chalid dan Setya Novanto yang terindikasi melakukan pencatutan namanya di PT Freeport?
Sepertinya Presiden Jokowi sedang mengeluarkan jurus “Memancing belut dengan umpan cacing”. Analoginya bahwa mengalah bukan berarti kalah, dalam persoalan ini tentu Presiden Jokowi bukan merasa kalah dalam posisinya sebagai orang nomor satu di Indonesia, dengan jabatannya saat ini, dengan mengerahkan segala daya kekuatan negara bisa saja Presiden Jokowi dengan mudah menekuk mafia migas Riza Chalid, tapi hal tersebut tidak dilakukan menimbang masih banyak cara yang lebih efisien dan tidak banyak menguras energi, dengan adanya Setya Novanto berada di Pihak Presiden, melihat hubungannya yang begitu dekat dengan Riza Chalid tentunya akan “memperlancar” mengadili Riza Chalid sekaligus menarik semua aset-aset internasional yang dibawa para mafia pajak di seluruh dunia.
"Presiden sudah sangat mengetahui rahasianya (Data WNI yang menghindar pajak), dan ada di laci Presiden. Kami berharap para pengusaha sudah menyiapkan laporan pajaknya karena Presiden sudah mengetahui, bukan hanya di Panama, melainkan juga negara lain," ucap Setya Novanto setelah bertemu Presiden di Istana Mereka
Tentu saja dengan terlibatnya Setya Novanto di kubu Presiden Jokowi seperti pisau bermata dua, di sisi lain, Setya Novanto harus membuktikan kepada Presiden bahwa dirinya benar-benar bersih dari Kasus “Papa minta saham” di sisi lain ia sedang dijadikan “umpan”untuk memancing para mafia pajak di seluruh dunia utamanya Riza Chalid yang sampai saat ini belum diketahui jejaknya.
Jika gagal menjalankan tugas, Setya Novanto akan dimusuhi para mafia pajak tersebut, jika berhasil mendatangkan Duit Gelap para mafia pajak, bisa jadi Setya Novanto akan mendapat pengampunan dari Presiden Jokowi dan dilancarkan dalam menjadikannya sebagai Ketua umum Partai Golkar. kisah perseteruan Riza Chalid dan Presiden Jokowi ini tentunya amat menegangkan, sampai-sampai Setya Novanto dijadikan “cacing” dalam menarik keluar si “belut” Riza Cholid, Jurus jokowi memancing belut dengan umpan cacing ini sungguh cerdas luar biasa. akankah Setya Novanto mampu menjalankan tugas Presiden dengan baik? Patut kita tunggu. (*)
Selamat Menikmati Politik
Baca juga : Ahok Mengakui kalau Dirinya Pengecut
[caption caption="setnov ilustrasi: esquire.co.id"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H