Mohon tunggu...
Asep Bahtiar Pandeglang
Asep Bahtiar Pandeglang Mohon Tunggu... Wiraswasta - bahtiar.net

Baca buku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diskriminasi Politik, Telaah Upaya Penjegalan Ahok Secara Panik

6 April 2016   08:11 Diperbarui: 6 April 2016   08:27 2421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="gedung KPK foto republika.com"][/caption]Masih ingat dengan serangan empat pesawat jet yang menabrak gedung tertinggi di dunia pada tahun 2001? WTC, World Trade Center, sebuah gedung tertinggi dan megah di Kota New York, pagi-pagi sekali saat semua orang di Amerika tengah asik bekerja, tiba-tiba sebuah pesawat menabrak gedung WTC dengan dahsyatnya, konon sekitar 3000 orang tewas dalam serangan ledakan tersebut, dan dalam hitungan jam, sebuah kejadian aneh di mana Presiden George Walker Bush langsung mengacungkan jari telunjuknya dan mengatakan bahwa penyerangan tersebut dilakukan oleh kelompok Islam Militan Al-Qaeda yang dipimpin Osama Bin Laden, Pemimpin besar Osama yang awalnya menolak terlibat kemudian malah mengklaim bahwa dirinya siap bertanggungjawab atas penyerangan tersebut.

Pada tahun 1998, tepatnya pada bulan Mei tangal 13-19, kerusuhan dan penjarahan terjadi di hampir wilayah di seluruh Indonesia khususnya Jakarta, kerusuhan ini disinyalir oleh akibat terpuruknya krisis finansial Asia, kemarau panjang terburuk dalam 50 tahun terakhir, harga minyak dan gas yang melambung tinggi, rupiah jatuh dan inflasi meningkat tajam, demo besar-besaran yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa memaksa Soeharto turun dari jabatannya, kemudian terjadilah peristiwa penembakan empat mahasiswa Trisakti yang membuat gejolak masa menjadi lebih marah dan mengamuk, terjadilah penjarahan besar-besaran sebagai kritik yang ditujukan pada orde baru pada waktu itu, dua hari kemudian, Soeharto mengundurkan diri kemudian memilih Wakil Presiden BJ, Habibie untuk menjadi Presiden Ke Tiga Republik Indonesia.

********

Politik tidak hanya mengorbankan uang semata tapi juga darah dan air mata, kejadian pengepungan terhadap Ahok adalah salah satu taktik strategi Politik yang di incar para lawan politik Ahok, dengan pengepungan dari para pejabat DPRD yang memulai menuduh Ahok pada kasus lahan RS Sumber Waras kemudian terjadi hiruk-pikuk keramaian politik, dimana Ahok menjadi pihak yang disalahkan atas perhitungan lahan Reklamasi pantai utara Jakarta. 

Hal ini jelas di picu oleh para pejabat yang memang sejak awal membenci Ahok, ketika salah satu DPRD bernama Sanusi ditangkap KPK atas tindakan Operasi Tangkap Tangan (OTT), para lawan Politik Ahok yang main bersama Sanusi menjadi ketakutan dan secara sporadis menurunkan masa agar turun ke jalan dan mendemo gedung KPK bertujuan memaksa Ahok segera ditangkap.

Segelintir pejabat kotor yang bermain di politik penjegalan Ahok juga mengeluarkan kata-kata kotor dengan nada penuh ancaman, “siap menduduki balaikota, siap membakar kantor Ahok, siap memebuat macet jalanan ibukota”. 

Sebagai lembaga besar pemerintahan, jika saja KPK terpengaruh dan tertekan oleh gejolak masa yang sporadis yang dihembuskan para lawan politik Ahok, maka efek negatifnya bisa seperti kejadian WTC dimana dalam keadaan sangat panik dan ketakutan, ketika Walker Bush menunjukan jarinya ke langit dan menuduhkan kepada Osama bin Laden tanpa bukti dan analisa Intelijen terlebih dahulu, semua orang di Amerika langsung percaya begitu saja meskipun pada akhirnya tidak ada bukti sama sekali bahwa Osama lah biang Keladinya,

Sebagaimana kejadian panik yang dialami Presiden Soeharto yang sangat khawatir jabatannya runtuh, ketika melihat unjuk rasa para demonstran yang memaksa dirinya turun dengan serta merta Soeharto memerintahkan para tentara untuk menghalaunya, meskipun menurut desas desus di media masa, tidak ada perintah penembakan terhadap para mahasiswa tapi inilah efek buruk dari sebuah kepanikan Politik, dimana para tentara pada waktu itu, entah sengaja atau tidak, yang melihat gejolak masa yang mengamuk dan hampir menyerobot gedung DPR MPR membuat terlepasnya empat peluru yang menghantam empat mahasiswa.

Begitu pula perihal kejadian pengepungan dan pengeroyokan politik pada seorang Ahok yang saat ini sedang di sudutkan pada efek diskriminalisasi kepanikan Politik, dimana lawan-lawan Ahok sedang mencoba membuat sebuah kegaduhan dan kepanikan yang luar biasa dengan menurunkan ribuan masa yang turun demo ke jalan-jalan, pergerakan tersebut tidak cukup hanya mengandalkan FPI kemungkinan para nelayan di pesisir utara Jakarta dan para demonstran yang mengaku merugi akibat pembelian lahan RS Sumber Waras juga akan digerakan oleh mereka, atau diturunkannya balatentara Kalijodo yang memang sudah merasa dirugikan akibat penggusuran rumah-rumah mereka akan digerakan mendemo memaksa Ahok turun jabatan, lawan-lawan Ahok itu akan menggunakan cara-cara politik dengan cara mempengaruhi lembaga pemerintahan dalam hal ini adalah KPK, membuat KPK tertekan dan panik terlebih dahulu untuk kemudian memaksa Ahok agar sesegera mungkin masuk Penjara.

Jika saja Ahok masuk Penjara karna keputusan KPK karna tekanan politik dan Panik, maka media akan serta merta dengan mudah menuduh Ahok sebagai koruptor, KPK tentu saja tidak boleh dipengaruhi oleh para lawan Ahok yang saat ini sedang mencoba menurunkan masa ke jalan-jalan, KPK tidak boleh panik dan seharusnya menganalisa terlebih dahulu dengan kepala dan hati yang dingin dan adem ayem semua bukti-bukti yang masuk apakah memang Ahok benar-benar seorang koruptor? Bukankah Ahok sudah meminta para pendakwa dan orang orang yang menuduhnya agar melawan dirinya di Pengadilan?

Alangkah baiknya saran yang diajukan oleh Ahok, bukan serta merta tuduhan dan Cap Koruptor terhadap dirinya di klaim begitu saja karna gerakan masa dan paksaan para lawan politik Ahok, sehingga membuat KPK menjadi panik dan mengambil keputusan yang sangat gegabah. biar runtuh alam dunia, biar gedung hancur oleh masa, kalau Ahok bersih kenapa di Paksa mengaku korupsi? dan bila memang Ahok Korupsi, KPK harus benar-benar mempunyai sikap tanggung jawab dengan menunjukan semua bukti-bukti yang sangat detail yang bisa dipahami oleh masyarakat jakarta, jika KPK dengan gegabah menjebloskan Ahok ke Penjara tanpa ada bukti-bukti akurat yang jelas dan bisa dipahami masyarakat Jakarta, kemungkinan efek negatifnya adalah turunnya para pendukung Ahok ke jalan-jalan dan terjadilah bentrokan yang tidak mudah dihindarkan, kemungkinan kejadian Mei 1998 bisa terulang kembali akibat keputusan KPK karna tekanan Politik dan Panik. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun