Hujan mengiringi malam menjelang sahur. Rintiknya terbawa angin, hingga menjadi deras. Hawanya sejuk. Â Dipengeras suara bacaan murottal Al-Quran bersahutan. Inilah Ramadan.
Kopi yang telah terseduh mengiringi pula peminumnya yang sedang dalam percakapan  teks kitabullah. Menjernihkan pikiran, menuai harapan pasti. Dituliskan beberapa kata-kata dari ide yang muncul setelah satu ayat demi ayat dibacanya.
Ada sembilan belas catatan ide yang tertulis, yang kesebelas adalah ilmu Allah itu luas, maka bergurulah kepada-Nya. Mengingat peristiwa ketika Allah sebagai Sang Guru yang mengajarkan Adam semua nama-nama benda, lalu diuji, dan dipresentasikan kepada Malaikat.
Malam masih gelap dan bunyi hujan mereda. Ramadan ini adalah bulan kelahiran, ia diperjumpakan kembali dari tiada kepada ada. Bulan penjeda; antara jarak, dekap dan makna.
Terang lampu menyala cahaya dalam perbincangan episode zaman. Lembar demi lembar terbaca. Ia lihat catatan kesepuluh: kesempurnaan orang berakal itu adalah ketika dia beriman.
ASA/14/3/2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H