Kenyamanan proses belajar-mengajar di Sekolah Dasar Neger (SDN) Sukaluyu 3 yang sudah dirasakan oleh para guru dan murid selama beberapa tahun terakhir ini kembali terusik. Kalau sebelumnya suasana sekolah tersebut tidak kondusif lantaran bangunan yang reot dan nyaris roboh serta fasilitas yang berantakan, tetapi sekarang para guru dan murid “diganggu” oleh manuver segelintir orang yang mengatasnamakan warga. Dengan dalil yang dibuat-buat dan tanpa dasar, oknum warga yang mengaku diri dari sebuah paguyuban warga mempersoalkan status tanah ex-bangunan SDN Sukaluyu 3.
Dari obrolan lepas, para guru SDN Sukaluyu bersaksi bahwa selama ini mereka menjalani proses belajar-mengajar di sebuah bangunan sekolah yang tidak layak, tetapi tidak satu pun orang yang dari Paguyuban yang berinisiatif untuk memperjuangkan perbaikan gedung dan fasilitas sekolah. Setiap hari para murid dan guru khawatir akan keselamatan mereka karena gedung yang mereka tempati sudah reot dan tidak layak. “Selama ini mereka ke mana saja? Apakah mereka tidak lihat kalau gedung sekolah ini sudah mau roboh? Apa yang sudah mereka buat untuk sekolah ini? Anak-anak mereka juga bersekolah di sekolah ini juga, tapi mereka tidak buat apa-apa,” tutur seorang guru.
“Mereka bilang sudah bertahun-tahun mempertahankan tanah desa, tapi mana hasilnya? Anak-anak dari warga sini sudah bersekolah di gedung baru ini selama beberapa tahun terakhir, apa mereka tidak tahu? Kenapa baru sekarang aktivis paguyuban protes? Kalau memang mereka anggap tukar-menukar lahan cacat hukum, mestinya dari dulu mereka protes, kenapa baru sekarang mereka protes?”
Tetapi sekarang, setelah gedung baru disertai fasilitas dibangun tidak jauh dari gedung lama, mereka sudah bisa menjalankan proses belajar-mengajar dengan lebih tenang dan nyaman. Karena itu para guru menyatakan terima kasih kepada semua pihak yang telah menciptakan suasana belajar-mengajar menjadi lebih baik. Untuk diketahui bahwa gedung baru dan semua perlengkapan sekolah dibangun dan disiapkan oleh PT Galuh Citarum atas mandat dan kesepakatan dari Pemerintah Desa Sukaharja, Pemda Karawang, orangtua murid, dan para guru SDN Sukaluyu 3.
“Kami harus menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, terutama PT Galuh Citarum yang bersedia membangun dan menyediakan fasilitas sekolah yang jauh lebih baik dari sebelumnya,” ujar guru lain yang tidak mau disebutkan namanyai. Selain SDN Sukaluyu 3, Grup Galuh juga membangun TK-SD-SMP Al Azhar yang sudah memulai proses belajar-mengajar sejak tahun 2013.
Para guru tahu kalau perjuangan segelintir orang itu semata perjuangan demi kepentingan pribadi, bukan aspirasi mayoritas warga. “Kami tahu, sekaranga mereka tampil sok jadi pahlawan. Jangan jadi pahlawan kesiangan deh. Tidak usah main politik. Jangan lagi ganggu kenyamanan anak-anak kami bersekolah di tempat ini. Kalau mereka sebut diri mereka pejuang, kenapa tidak dari dulu mereka berjuang agar sekolah ini direhab? Jangan hanya mau jadi pahlawan hanya menjelang Pilkada. Jangan coba mencari-cari kesalahan orang yang tulus berbuat baik, karena pada saatnya warga akan lawan dan akan ketahuan borok mereka,” tegas seorang guru dengan nada berapi-api.
Untuk diketahui, kesepakatan bersama ini dilatarbelakangi kondisi sekolah yang sudah reot dan nyaris rubuh dan membahayakan keselamatan para siswa, para guru, dan semua orang yang ada di dalamnya. Selain itu, untuk mencapai sekolah para siswa harus menyeberangi jalan besar yang yang sering terjadi kecelakaan lalu lintas (orang tertabrak kendaraan). Dari 6 (enam) lokal, hanya 3 (tiga) lokal yang bisadi gunakan, itu pun sudah mau rubuh, kondisi di dalamnya tidak layak untuk proses belajar mengajar, sedangkan mereka terbentur oleh kebutuhan ruangan untuk ujian akhir tahun ajaran baru 2012 sebagaimana tertuang dalam Permohonan Menggunakan Kelas Baru yang diajukan oleh Kepala Sekolah SDN Sukaluyu III, dengan surat No. 421.2/020/SKLYIII/2012 tanggal 30 Maret 2012.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI