Mohon tunggu...
Asep Ajidin
Asep Ajidin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIH Putri Maharaja Payakumbuh

Past memories and the future dreams

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kekuasaan, Ambisi dan Cinta: Memahami Kisah Ken Arok dalam Konteks Pemimpin Kontemporer

6 Februari 2024   11:29 Diperbarui: 6 Februari 2024   11:39 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kisah Ken Arok, seorang tokoh yang penuh ambisi, keberanian, dan terjerat dalam belitan cinta, telah menjadi bagian dari narasi sejarah Indonesia yang memikat. Dalam konteks pemimpin kontemporer, kisahnya menyimpan banyak pelajaran yang bernilai tentang sifat-sifat kekuasaan, ambisi, dan cinta yang masih relevan hingga saat ini.

Pertama-tama, kekuasaan adalah sebuah ambisi yang seringkali menjadi pusat perhatian bagi pemimpin. Ken Arok, dengan tekadnya yang kuat, berusaha meraih kekuasaan atas Tumapel. Namun, perjalanan menuju puncak kekuasaan tidaklah mudah. Ia harus menghadapi berbagai rintangan, intrik politik, dan tantangan yang menguji ketangguhannya sebagai seorang pemimpin. Dalam hal ini, kisah Ken Arok memberikan pemahaman yang dalam tentang proses meraih dan mempertahankan kekuasaan, sesuatu yang dapat diaplikasikan dalam realitas pemimpin kontemporer yang dihadapkan pada dinamika politik dan sosial yang kompleks.

Ambisi adalah sifat yang mendorong Ken Arok untuk terus maju dan mengatasi segala rintangan yang menghalangi jalannya. Namun, ambisi tanpa batas juga dapat membawa konsekuensi yang serius. Dalam kasus Ken Arok, ambisinya terhadap kekuasaan membawanya kepada tindakan-tindakan yang tidak bermoral, seperti pembunuhan Tunggul Ametung dengan keris Mpu Gandring. Hal ini menyoroti pentingnya memiliki ambisi yang sehat dan memiliki batas yang jelas, serta tidak mengabaikan nilai-nilai etika dan moralitas dalam mencapai tujuan.

Cinta adalah tema yang melengkapi kisah Ken Arok. Cinta Ken Arok kepada Ken Dedes menjadi salah satu pemicu peristiwa penting dalam kisahnya. Namun, cinta juga dapat menjadi bumerang, terutama ketika cinta memicu tindakan-tindakan yang tidak rasional dan tidak bertanggung jawab. Dalam konteks pemimpin kontemporer, penting bagi mereka untuk memahami bahwa cinta, meskipun kuat, tidak boleh menggugah mereka untuk melanggar prinsip-prinsip etika dan keadilan.

Dengan memahami kisah Ken Arok dalam konteks kekinian, pemimpin dapat mengambil banyak pelajaran berharga. Mereka harus memiliki ambisi yang kuat, tetapi juga harus mampu mengendalikan ambisi tersebut dengan etika yang tinggi. Kekuasaan harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran akan kebutuhan rakyat. Selain itu, cinta, sekalipun merupakan motivasi yang kuat, tidak boleh mengaburkan penglihatan mereka terhadap kebenaran dan keadilan.

Sebagai pemimpin, kita dapat belajar dari kisah Ken Arok bahwa kekuasaan, ambisi, dan cinta adalah kekuatan yang dapat membentuk sejarah, namun juga harus diimbangi dengan kebijaksanaan, moralitas, dan tanggung jawab. Dengan demikian, kita dapat melangkah maju sebagai pemimpin yang bijaksana dan berintegritas, siap menghadapi setiap tantangan dan menjalankan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab kepada masyarakat dan sejarah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun