Bila dianalisis bersama, sesungguhnya nasihat yang ingin disampaikan Jalaludin Ar-Rumi adalah; bahwa mencari sesuatu ditempat yang terang lebih mudah daripada mencari sesuatu barang yang hilang di tempat yang gelap gulita. Itulah nilai ucapan  kebenarannya. Kadang-kadang pikiran dan logika seorang sufis jauh melampaui batas-batas logika orang kebanyakan, termasuk memberi nasihat bagi pengagumnya.
Apa Inti sari dan nilai filosofis dari cerita terebut?
Mau dikaitkan dengan penilaian seseorang? bisa juga.Â
Dalam pergaulan kita kadang 'dipaksa' untuk memilih suka atau tidak suka terhadap seseorang. Bahan lebih buruknya, bila kita benci seseorang, nilai-nilai kebenaran yang ada pada dirinya seakan sirna. Semua perilaku, ucapan dan tindak-tanduknya tak ada benarnya.Â
Persis seperti cerita Sang Sufi di atas. Karena kita menilai seseorang dan menganggapnya salah karena unsur kebencian maka tak ada nilai kebenaran yang ia lakukan meskipun ia melakukan hal yang benar dan positif. Hal itu karena tertutup oleh hawa nafsu yang namanya kebencian. Kebalikan dari benci adalah suka.Â
Bisakah seseorang berpikir objektif tatkala dalam hatinya tertanam benih kebencian? sulit memang.Â
Sebaliknya, bila rasa suka tertanam dalam diri seseorang, dalam menilai orang akan positif. Rasa suka akan timbul karena berbagai hal. Begitu pula rasa benci. Sifat naluri manusia dalam bergaul akan diwarnai dimensi, baik-buruk, suka-tidak suka dan kasih sayang atau rasa tidak simpati.Â
Pandangan orang yang rida terhadap temannya, atau rasa suka, maka akan ada tantangan apabila kawannya tersebut berbuat tidak baik. Kendalanya adalah, 'sungkan' untuk mengatakan bahwa hal itu salah, atau tidak baik. Hal itu terjadi karena kedekatan dan saking akrabnya berteman dengan orang tersebut. Maka sikap Istiqomah dalam menyampaikan hak menjadi sangat penting. Didalam keadaan Apa pun. objektif dalam menilai penting baik itu kepada kawan akrab, saudara, suami atau istri dan kepada anak-anak.Â
Sebuah ungkapan mengatakan; cintailah seseorang sewajarnya, suatu saat boleh jadi ia akan menjadi musuhmu. Dan bencilah seseorang sewajarnya, boleh jadi suatu saat ia akan menjadi teman akrabmu. Maka dalam menilai seseorang, bahkan dalam rasa benci berkecamuk dalam diri sekalipun, tetaplah berpandangan bahwa, masih ada sifat dan unsur positif dari diri seseorang yang kita benci sekalipun.Â
Terpenting cepat Islah. Perbaiki  hati dan jalin kembali tali persaudaraan dan rekatkan sehingga menjadi ikatan yang kuat. Seperti cerita Sang Sufi Jalaluddin El-Rumi, yang memberi inspirasi; bahwa nilai kebenaran selalu ada, dalam menilai seseorang, bahkan kadang tak terlihat dan tak terpikirkan oleh sebagian orang, kecuali oleh yang berpikir secara mendalam. Raasikhuunn fil-llmi, yang mendalam ilmunya atau dalam bahas filsafat Hermeunetik.
Wassalam.