"Penyesalan adalah bayangan abadi; ia hidup di antara kehilangan dan cinta yang tak sempat diperjuangkan." -- [Tragedi Asmara Rote Ndao 12012025]
Sayang,
Aku membaca pesanmu,
huruf-huruf yang terukir di kepalaku,
menikam hati yang sudah remuk.
Aku menangis,
tapi tangisku tak bisa membawamu kembali kupeluk,
tak bisa menghapus sunyi di liang kuburmu yang sunyi.
Aku melihat bayangmu di setiap sudut,
di antara mimpi yang kini berubah menjadi malam kelam.
Aku memanggil namamu,
tapi hanya gema penyesalan yang menjawab.
Kenapa aku tak menolak?
Kenapa aku tak melawan?
Kenapa cinta kita harus diadili oleh angka,
ketika aku tahu kau tak sanggup?
Sekarang aku hidup di dunia tanpa warna,
tanpa kamu,
tanpa harapan.
Hanya ada kesedihan yang menggulungku,
seperti ombak yang tak pernah berhenti.
Aku ingin berlari,
tapi ke mana?
Ke kuburmu?
Atau ke dalam diriku yang sudah hancur?
Sayang,
aku menyesal.
Bukan hanya kehilanganmu,
tapi karena aku tak mampu melindungi cinta kita.
Kini aku hanya tubuh tanpa jiwa,
menunggu waktu untuk menyusulmu,
di bawah tanah yang sama.
[Tragedi Asmara Rote Ndao 12012025]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H