Mohon tunggu...
asep gunawan
asep gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pengabdi di Kabupaten Kepulauan Sula

ASN adalah jalan pengabdian, Menulis adalah jalan introspeksi pengabdian

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dear Diary

29 Desember 2024   18:30 Diperbarui: 29 Desember 2024   17:04 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Email dari kompasianan (Sumber: email)

Dear Diary,

Hari ini, minggu, 29 Desember 2024. Enam hari kita bersama, dan saya coba mampir lagi ke “ruang diary”, biasa—numpang nulis ceritanya hehehe

Wah, enggak kerasa ya, udah di penghujung tahun aja. Hari ini saya mau cerita sedikit. Tentang apa? Tentang perjalanan yang enggak pernah saya rencanain sebelumnya: menulis. Buat rekam digital.

Jadi gini, saya daftar akun Kompasiana.com itu udah lama banget, tanggal 3 Oktober 2014. Tapi anehnya, baru saya lengkapi datanya tanggal 23 Desember 2024. Bayangin, hampir 10 tahun lebih cuma buat melengkapi data akun. Hahaha, kocak juga sih kalau dipikir-pikir. Awalnya, saya bikin akun itu cuma karena “iseng” aja. Enggak ada niatan mau ngapain di sana. Enggak ada konsep. Sama sekali kosong. Setelah buat akun ditinggal deh…

Kalau dipikir, akun digital lain kayak akun bank atau marketplace kan biasanya bakal langsung dihapus kalau enggak aktif bertahun-tahun. Tapi akun Kompasiana ini enggak, kayak nungguin saya balik gitu. Mungkin semacam “takdir” ya? (Ciee, lebay!)

Terus, cerita dikit nih, inspirasi buat mulai ngejalanin akun itu datang dari tempat yang enggak terduga: Instagram. Jadi ceritanya, ada akun yang muncul di beranda, terus saya klik. Dari situ, ngalir sampai saya nemu komunitas yang ngomongin soal menulis. Eh, ternyata akun mereka juga punya channel YouTube. Di situlah saya pertama kali tahu tentang konsep writing for healing. Mereka bilang, menulis itu bisa nyembuhin. Kayak terapi buat hati. Saya pikir, hmm, boleh juga nih dicoba.

Satu hal yang saya ingat banget ada kalimat, lupa kata siapa, “Kosongkan gelas, pahami, lakukan.” Simpel banget, tapi kena. Mulai dari situ saya beranikan diri buat coba nulis. Awalnya ya seadanya, enggak tahu bakal bagus apa enggak. Tapi saya pikir, ya sudahlah, jalanin aja dulu. Nulis saja…

Sebagai seorang ASN, sebenarnya saya udah biasa nulis. Tapi, nulis kerjaan tuh beda. Rasanya datar, kayak cuma isi template aja. Enggak ada rasa, apalagi jiwa. Nulis untuk diri sendiri, nah, ini beda cerita. Ada sisi emosional di situ. Kadang bikin lega, kadang malah bikin mikir lebih dalam tentang diri sendiri.

Saya mulai dengan cara sederhana. Baca tulisan orang-orang hebat di kompasiana, amati, tiru, modifikasi. Prinsip ATM lah, kalau kata orang. Awalnya ya berantakan banget, tapi saya yakin, yang penting itu proses. Bagus atau enggaknya, nanti aja. Yang penting saya berani mulai.

Sekarang saya sadar, menulis udah jadi bagian dari aktifitas. Konsistensi sih masih jadi PR, tapi saya percaya kalau kita dikelilingi orang-orang yang positif, energi positif mereka pasti nular ke kita juga. Dan saya senang banget rasanya, akhirnya saya bisa kecipratan energi itu. Sipp…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun