Mohon tunggu...
Ikhsan Fauzi
Ikhsan Fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas/freelancer

Hanya penikmat sastra @ekfrasiss

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Novel "Sumi" Karya Jazuli Imam

12 Februari 2021   07:00 Diperbarui: 13 Februari 2021   18:25 4313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Sumi" karya Jazuli Imam

Kini dalam perjalanannya menuju Bigel, Sumi telah melalui berbagai tantangan yang menghampirinya selama dalam perjalanan. Sumi berhasil berlari menghindar dari pos perbatasan, kabur dari hewan-hewan penghuni hutan, dan berhasil keluar dari hutan Yaba yang menghambatnya. Hingga akhirnya Sumi dipertemukan dengan sekelompok scooterist yang sedang beristirahat ketika melakukan perjalanan yang sama, menuju Bigel. Setiap lekukan peristiwa yang dialami, telah menghadirkan banyak hal baru kepada Sumi. Termasuk perkenalannya dengan sekelompok scooterist yang sedang bersamanya kali ini. Diantara mereka, Metta seorang pejalan sekaligus scooterist itu telah mengajarkan Sumi suatu hal yang begitu berharga, yang ia tulis dan diabadikan dalam buku hariannya. Metta berkata “Membesarkan cinta kasih itu kaya bikin api unggun. Mula-mula bakar kertas, kemudian daun kering, kemudian ranting besar. Saat api telah berkobar, kayu basah pun akan menyala. Kalau sudah nyala enak, hangat, cemerlang, dan senantiasa berkobar di dada sang penyala.”

Perjalanan pun terus berlanjut menuju Bigel. Dari secarik kertas yang tertulis nama Dawiyah, sebagai satu-satunya harapan. Buah dari kelicikan Nina dan Kepala Puskesmas. Sumi, kini berjalan mengikuti suara hatinya. Pertemuan demi pertemuan pun kembali dilaluinya. Realita hutan Ujung Timur yang memesona, serta kontradiksi kelestariannya telah membawa Sumi pada keadaan dilema akan keberadaannya di sana. Bukan hanya itu, berbagai kondisi sosial kebudayaan pun telah ia temui. Dalam hal ini, termasuk pertemuannya dengan Pak Bardi, Wesley, dan lainnya yang ternyata saling berhubungan dan bertautan. Hingga pada puncaknya, Sumi diselamatkan oleh Wesley di tengah konflik antar orang non Ujung Timur dengan orang asli Ujung Timur. Peristiwa itu ialah buntut dari konflik yang terjadi di Jakarta, Yogyakarta dan daerah lainnya.

Selain itu, peristiwa tersebut telah membawa Bapak Sumi untuk menyelamatkan dua orang mahasiswa asal Ujung Timur dan dengan senang hati menampung di rumahnya. Perlahan, dari serangkaian kejadian yang telah dilalui, Bapak Sumi akhirnya menyadari akan kesalahan yang telah diperbuatnya.

Sementara itu, tatkala situasi dan kondisi tak berpihak pada orang Ujung Timur, Sumi dipertemukan kembali dengan sosok Oge, yang tidak lain ialah bapak angkat Klas. Dari anak angkatnya lah Oge tahu tentang Sumi. Pada akhirnya, Sumi berhasil selamat dari kecamuk di Ujung Timur. Seiring dengan itu, telah tersiar pula berita-berita dan tampilnya orang-orang yang berpengaruh dalam perdamaian atas konflik yang terjadi. Atas pertolongan Oge, Sumi selamat dan bisa bertemu kembali dengan Bapak Stefan di Marlo.

Semenjak kejadian itu, Sumi akhirnya memutuskan pulang ke Jakarta dan mengakhiri perjalanannya. Dengan membawa harapan baru, jiwa yang baru, serta suasana dalam keluarga yang kini sepenuhnya baru. Sumi telah menemukan dirinya kembali.

Akhir cerita ditutup dengan Sumi yang menemukan kembali cintanya, Dawiyah. Melalui surat yang telah dititipkan kepada Bapak Stefan, Sumi berhasil menemui Dawiyah dari jelinya membaca puisi. Semacam petunjuk yang telah mempertemukan kembali mereka berdua, di Taman Arung Palakka.

Sebuah novel yang patut diapresiasi, Jazuli Imam dengan segala kekhasannya telah berhasil menyematkan berbagai aspek kehidupan dengan pemaknaan yang mendalam. Hal itu mencakup kritik sosial, budaya, agama, dan pemahaman akan kelestarian alam yang tak pernah luput dari karya-karyanya. Novel ini sejatinya akan menambah wawasan kita. Banyak pelajaran yang bisa diambil setelah membaca novel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun