Tidak semua orang memiliki impian untuk menjadi seorang pemimpin, mengapa demikian? karena tidaklah mudah ketika seseorang dengan segala keunikan dirinya merangkul dan memimpin semua orang (baca: bawahan dan semua pihak terkait) yang masing-masing dengan kekhasannya.
Menjadi seorang pemimpin memang tak mudah, teori-teori kepemimpinan yang ideal di atas kertas tak semudah diimplementasikan seperti membalikkan telapak tangan. Pemimpin sebuah organisasi/perusahaan memiliki dua stakeholder yaitu stakeholder internal dan stakeholder eksternal yang harus ia yakinkan.
Seandainya saya ingin dan ingin kembali jadi Kepala Sekolah, harus dipahami bagi seorang kepala sekolah apalagi sekolah swasta maka pemilik yayasan, pengurus yayasan, masyarakat, instansi pemerintahan maupun lembaga kemitraan lainnya adalah konstituen eksternalnya. Sedangkan guru dan seluruh karyawan adalah konstituen internalnya.Â
Kepuasan para konstituen ini dapat diukur sejauhmana kepala sekolah sanggup memenuhi ekspektasi kedua kelompok konstituen tersebut. Ekspektasi konstituen ini dibagi menjadi dua yaitu ekspektasi masa kini (jangka pendek) dan ekspektasi masa depan (jangka panjang).
Ekspektasi masa kini bagi konstituen internal contohnya petunjuk nyata, arahan, kehadiran, dan keteladanan sang pemimpin. Sedangkan ekspektasi masa kini bagi konstituen eksternal contohnya adalah jumlah siswa, pengguna alumni, prestasi sekolah dan kondisi keuangan yang sehat. Sementara itu, eksepektasi masa depan bagi konstituen internal contohnya adalah visi, blueprint, program kerja, dan roadmap operasional dan untuk konstituen eksternal contohnya adalah program keberlanjutan sekolah, investasi strategis dan kolaborasi strategis.
Dengan didasarkan pada jenis konstituen dan ekspektasi konstituen ini paling tidak ada 4 peran kepala sekolah sebagai pemimpin yang harus diperhatikan dan dijalankan secara proporsional. Dalam perspektif masa kini kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus berperan sebagai effective motivator terhadap konstituen bawah dan internalnya.Â
Dia harus mampu memotivasi seluruh karyawannya, memberdayakannya sehingga mendapatkan partisipasi mereka secara maksimal. Tanpa dukungan internal dari bawah, pemimpin tidak memiliki energi kepemimpinan yang cukup untuk menggerakkan semua potensi perusahaan.
Masih dalam perspektif masa kini, Kepala sekolah sebagai pemimpin juga harus mampu mengambil peran sebagai success maker atau pencetak keberhasilan di mata para konstituen atas dan eksternalnya. Ia harus menunjukkan hasil kepemimpinannya sekarang juga, sekaligus menjamin kepastian akan hasil-hasil masa depan yang lebih baik buat mereka. Tanpa polis ini, kepala sekolah yang tidak memiliki premium kepemimpinan di mata para petinggi itu. Ia akan selalu dihantui ancaman pelengseran sehingga akan terjebak pada intrik politik yang menghabiskan waktu dan energi hanya demi mempertahankan kekuasaannya.
Dalam perspektif masa depan, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai support getter atau penggalang dukungan dari konstituen atas dan eksternalnya. Ia harus mampu memenangkan trust dari mereka sehingga dukungan-dukungan efektif terus diberikan. Tanpa dukungan atas eksternal yang kuat, pemimpin tak mempunyai daya kepemimpinan yang cukup, tidak memiliki otoritas yang cukup untuk menjalankan roda organisasinya.Â
Dan masih dalam perspektif masa depan, seorang kepala sekolah juga harus mampu menjadi pemandu jalan atau pathfinder bagi segenap konstituen bawah internalnya. Untuk menjalankan peran ini, kepala sekolah harus mampu menyediakan visi, sasaran-sasaran kinerja yang jelas serta panduan bersama untuk masa depan sekolah. Tanpa ini, kepala sekolah akan meraba-raba saja, berputar-putar, sekenanya tanpa prioritas strategis dan akan terperangkap dalam labirin gelap yang penuh ketidakjelasan.
Inilah sesungguhnya peran sekaligus tanggung jawab seorang pemimpin apapun konteks dan level organisasinya. Bukan hal mudah tentunya menjalankan peran sebagai "effective motivator", "success maker", "support getter" dan "pathfinder" secara proporsional dan apalagi secara simultan atau bersamaan, apalagi di era disruptif seperti saat ini. Dan Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang komplek dan unik serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.