KONDISI masa sulit Perguruan Tinggi khususnya Swasta atau PTS tak bisa dihindari, hal ini seiring tak menentunya kapan pandemi virus corona (covid-19) akan berakhir di Indonesia. Pemasaran Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di kala pandemi menjadi topik yang paling urgent.
Karena jelas sekali dampak nyata dari pandemi Covid19 pada perekonomian global dan Indonesia, PHK, bertambahnya pengangguran dan daya beli masyarakat yang lemah sudah dimulai sejak memasuki kuartal ke-2. Kondisi tersebut jelas berpengaruh signifikan terhadap minat masyarakat untuk melanjutkan kuliahnya, terutama bagi masyarakat yang gagal diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Persepsi Negeri Minded masih membuktikan bahwa dikotomi masyarakat untuk kuliah masih dominan, artinya bagi sebagian besar PTS harus menjadi pilihan kedua terlebih dari banyaknya jumlah PTS khususnya untuk wilayah Jabar dan Banten. Pada tahun 2018 dari jumlah total Perguruan Tinggi sebanyak 3.253 tercatat jumlah PTN adalah 122.
Artinya sisa sebanyak 3.131 adalah jumlah Perguruan Tinggi swasta (Sumber: forlap.ristekdikti.go.id). Jumlah PTS di atas 3.000-an lebih tersebut menyebabkan perolehan jumlah mahasiswa PTS rata-rata di bawah 1.000 atau hanya mencapai sekitar 300an mahasiswa saja, hanya beberapa PTS tertentu saja yang mampu memiliki jumlah total mahasiswa diatas jumlah ribuan. Persaingan antar PTN dan PTS, antara PTS dengan PTS memang akan terus terjadi.
Dalam Lima tahun terakhir saja rata-rata mahasiswa (baru) PTS menurun karena ekonomi tidak bergerak naik. Ditambah lagi dengan adanya (pandemi), tentu menjadi lebih turun lagi. Dalam kurun waktu 5 tahun dari 2015-2019, sejumlah PTS kecil mengalami penurunan sebanyak 5 sampai 10 persen dibandingkan dengan tahun 2014. Prediksi persentase penurunan akan lebih banyak terjadi pada tahun ini, faktor ekonomi senyatanya yang menjadi kunci utamanya.
Menurut data Dcode Economic and Financial Consulting (EFC) Maret 2020, mengatakan bahwa Pendidikan menjadi salah satu sektor yang terdampak ekonomi akibat adanya pandemi virus corona. Meski begitu, lembaga konsultan finansial dan ekonomi yang berbasis di Kairo, Mesir ini menilai bahwa sektor pendidikan masih lebih beruntung dibandingkan dengan sektor pariwisata, manufaktur, perbankan dan otomotif yang terkena dampak jauh lebih besar.
Strategisnya harus ditemukan PTS semasa pandemi, langkah nyata harus dilakukan dengan adanya sinergi manajemen serta merespon cepat tekanan perubahan di masa pandemi. Banyak perubahan-perubahan yang dialami semasa pandemi terkait hal pemasaran.Â
Temuan strategi yang banyak dilakukan PTS dalam menjalankan aktivitasnya fokus terbagi ke dalam dua bagian yakni Promotion dan Research and Media Development. Pertama, bagian promosi memiliki tugas antara lain melakukan aktivitas promosi seperti pameran pendidikan, sosialisasi sekolah, kunjungan kampus, sponsor, produksi alat promosi, dan layanan desain grafis.
Dan Kedua, bagian Research and Media Development memiliki tugas antara lain manajemen sosial media, menajemen iklan, penelitian dan evaluasi, serta meningkatkan kapasistas pembangunan.
Tugas utama pemasaran PTS yaitu untuk meningkatkan brand reputation, brand awarness, brand engagement serta promosi penerimaan mahasiswa baru. Tidak hanya menjalankan fungsi promosi, tetapi jauh dari itu, tugas utamanya menjaga citra serta profil institusi. Ada yang menarik dari sisi promosi saat ini, menurut hasil survei yang dihasilkan, sebagian besar calon mahasiswa dan orang tua mengetahui keberadaan kampus perkuliahan melalui keluarga atau kerabat, melalui website, serta media sosial.
Untuk beradaptasi di kala pandemi seperti saat ini, ada beberapa keputusan baru yang dilakukan PTS dalam hal bauran pemasaran yang terdiri dari 4P yakni product, price, place and promotion yang bergeser ke 4C yaitu Co-creation (menciptakan bersama), Currency (mata uang), Communal activation (aktivasi komunal), dan Convertation (percakapan). Dan strategi 4C yang lebih relevan saat ini juga bertranformasi ke digital dan lebih fokus pada layanan berbasis nilai pelanggan.