Pandemi  virus Covid19 yang tengah melanda hampir di seluruh dunia tak terkecuali  Indonesia saat ini dengan nyata mengakibatkan seluruh masyarakat Indonesia harus menerapkan kebijakan di rumah saja, bekerja di rumah, juga physical distancing dalam semua kegiaan termasuk kegiatan di sektor pendidikan. Berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia mulai menerapkan physical distancing, mendadak kegiatan belajar belajar di rumah secara online (daring) pun menjadi kebijakan semua lembaga pendidikan.
Keniscayaan kondisi saat ini memaksa program kampus merdeka yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka menyiapkan generasi yang mampu menghadapi era VUCA.Â
Jika sebelumnya, era revolusi industri 4.0 Â disebutkan bersifat Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA). Pandemi Covid19 justru yang membuat kondisi bergejolak, tidak pasti, kompleks, dan membingungkan itu datang lebih cepat dan bermakna bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Tak ayal lagi, kondisi masyarakat kita dalam mengatasi wabah virus korona tersebut tidak cukup dibekali dengan ragam ilmu pengetahuan, tetapi juga harus memahami cara berpikir. Cara berpikir yang harus selalu dikenalkan dan dibiasakan adalah cara berpikir untuk beradaptasi di masa depan, yaitu analitis, kritis, dan kreatif.Â
Cara berpikir tersebut adalah cara berpikir tingkat tinggi (HOTS: Higher Order Thinking Skills). Berpikir ala HOTS bukanlah berpikir biasa-biasa saja, tapi berpikir secara kompleks, berjenjang, dan sistematis.
Kemampuan HOTS bisa dilatih dalam proses pembelajaran di kelas, yakni dengan memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas.Â
Pembiasaan HOTS juga diperoleh dengan selalu dikenalkan dan merasakan langsung situasi dunia nyata, pengenalan dunia nyata tidak hanya sebatas lingkungan sekitar tapi lingkungan universal yang bisa dijelajahi menggunakan fasilitas laman daring. Ini akan meningkatkan kualitas mahasiswa yakni terbukanya wawasan global sebagai bagian dari masyarakat dunia. Â Penggunaan telepon genggam, tablet, atau laptop berikut koneksi internet, dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran.
Tak ayal jika teknologi digital membuat terjadinya konvergensi antara pendidikan formal, nonformal, dan informal sehingga setiap negara harus mampu beradaptasi.Â
Adaptasi teknologi semakin memperkuat model pembelajaran berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art and Mathematics) dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.Â
Bidang STEAM telah menjadi pemimpin dalam mengatasi masalah utama yang dihadapi manusia, mulai dari pembelajaran online, cetak 3D sampai Internet of Things (IoT). Program STEAM pun menawarkan begitu banyak teknologi baru kepada dunia, tak terkecuali bidang pendidikan.
Setelah pandemi berakhir, akan ada normal baru, yakni peran teknologi informasi bagi dunia pendidikan semakin signifikan. Selanjutnya adalah pendidikan akan menghadapai tantangan transformasi digital pendidikan, yang tergantung pada pengembangan mental sumber daya manusia.Â