Mohon tunggu...
Asep Hilmi Muhamad
Asep Hilmi Muhamad Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

Lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inkonsistensi Kurikulum di Indonesia

25 Mei 2024   17:19 Diperbarui: 25 Mei 2024   17:21 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Oleh: Abdul Haris Citra Atmaja.
-
Kurikulum merupakan sebuah perangkat dalam melaksanakan keberlangsungan pendidikan. Acuan dalam desain pembelajaran dan turunan atas materi yang nanti akan disampaikan di ruang kelas. Tetapi jika kita berpikir lebih jauh lagi, apakah negara sudah memliki kurikulum yang cocok dengan kondisi masyarakat di Indonesia?

Inkonsistensi kurikulum dalam penerapan juga dirasa menjadi ketidak sama rataan dalam memaksimalkan sumber daya manusia di Indonesia. Belum juga melihat hasil dari satu kurikulum, sudah berganti pada kurikulum selanjutnya. Pergantian pimpinan kebijakan di sektor pendidikan maka berlomba lomba pula menjadi yang paling memiliki terobosan kuirkulum. Alih-alih inginn menjadi agen perubahan malah terlihat tidak matang dalam menetapkan sebuah keputusan.

Sebelum melakukan pergantian kurikulum, seharusnya para pemilik kebijakan ini mengkaji terlebih dahulu dengan detail, rinci, dan melihat prospek ketercapaian atas kurikulum, masih relevan kah kurikulum yang dipakai saat ini untuk 10 tahun, bahkan 15 tahun ke depan. Ketidak selarasan antara muatan materi yang disampaikan dengan kebutuhan pada dunia kerja juga menjadi salah satu masalah dalam kesiapan peserta didik dalam memasuki fase dalam dunia kerja.

Lulusan sekolah kurang siap dalam mamasuki dunia kerja, dunia profesional. Karena kita tahu bahwasannya muatan materi yang tercantum pada kurikulum saat ini masih berpacu pada konsep akademis non vokasional. Sehingga minimnya pengalaman dan gamabaran para lulusan ini untuk membaca situasi dan kondisi pada lapangan pekerjaan.

Standar kebutuhan muatan materi sekolah setiap daerahnya juga tentu berbeda-beda. Beberapa daerah yang masih terpelosok dan terpencil lokasi geografisnya, tidak bisa disama kan dengan kondisi muatan materi sekolah yang berada pada wilayah perkotaan. Sumber daya manusia yang berada pada wilayah urban cenderung sudah teredukasi, dan siap dalam menerima jenis pembelajaran. Fasilitas dan ketersediaan akses infrastruktur sekolah juga memumpuni untuk menunjang proses pembelajaran berlangsung.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya pembenahan secara menyeluruh. Mendengar aspirasi masyarakat di berbagai sektor pendidikan. Menyerap rekomendasi tenaga pendidik di berbagai daerah dengan berbagai macam kondisinya. Setidaknya solusi yang diberikan konkrit berdasarkan fakta dan data yang ada pada lapangan. Disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat Indonesia setiap daerahnya. Dengan begitu, tidak ada lagi ketimpangan target capaian pembelajaran sekolah pada setiap daerah, yang diakibatkan dari inkonsistensi kurikulum pemebelajaran di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun