Brand image yang melekat dengan pendidikan vokasi khususnya SMK adalah Memasuki Dunia Kerja atau Memasuki Dunia Usaha. Pilihan pertama lulusan SMK Sebagai calon tenaga kerja tingkat madya lulusan smk dituntut trampil , kompeten dan siap kerja sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya. Pilihan kedua adalah menjadi calon wirausawan baru atau entrepreuneur. Kedua pilihan tersebut sama - sama terhormat dan mulia. Bekerja adalah kehormatan , berusaha adalah kemuliaan. Â
      Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 8,4 juta orang hingga Februari 2022. Jumlah ini turun 350 ribu dibandingkan Februari 2021 lalu. Kepala BPS Margo Yuwono menyebutkan, dari jumlah pengangguran tersebut jika dilihat dari tingkat pendidikannya yang paling banyak adalah lulusan SMK. Pengangguran lulusan SMK tercatat 10,38%. Data ini membuat kita berfikir, kenapa penyumbang terbesar pengangguran adalah lulusan SMK? ada apa dengan pola pembelajaran di SMK sehingga lulusannya tidak terserap di dunia kerja? Apakah lapangan kerja terbatas sehingga tidak bisa menyerap lulusan SMK? Pertanyaan-pertanyaan diatas tentu saja muncul dari sebuah kegelisahan seorang praktisi pendidikan vokasi seperti penulis. Berbagai program  digulirkan pemerintah seperti Teaching Factory (TeFa), SMK Pusat Keunggulan (SMK PK), dan sebagainya. Namun angka BPS tetap tidak berubah , pengangguran tetap didominasi lulusan SMK, apakah program yang digulirkan hanya menyentuh beberapa SMK disetiap kabupaten kota ataukah harus ada perubahan mindset pemberian bantuan program berdasarkan data keterserapan lulusan di dunia kerja?
     Tingginya tingkat pengangguran dari lulusan SMK memicu penyelenggaran pendidikan menengah kejuruan untuk mengubah model dengan meningkatkan skill berwirausaha agar lulusan bisa belajar berusaha ketika masih dibangku sekolah. TeFa adalah pilihan terbaik sebagai Inkubator Calon Pengusaha lulusan SMK karena menghadirkan model bisnis/industri nyata di sekolah. Salah satu model yang saat ini sedang dikembangkan oleh penulis adalah dengan mengadakan Pelatihan wirausaha berbasis teknologi informasi sesuai dengan semangat Era Society 5.0. Revolusi AI atau artificial intelligent, mengubah mindset dan cara berfikir atau berusaha dari kita, bahwa AI sebagai Tools akan membantu lulusan SMK untuk memanfaatkan IT sebagai sumber mata pencaharian, misalnya membuka Toko online, memanfaatkan Tiktok Shop, Marketplace FB dan sebagainya.
    Sudah saatnya SMK beralih menjadi Sekolah Calon Pengusaha dengan berbagai program keahlian yang dipilihnya. Program keahlian Teknik komputer dan jaringan siswanya bisa dibekali keahlian Teknisi , usaha menjual sparepart, merakit pc dan sebagainya.  Penulis sebagai mantan Kaprog TKJ pernah membuka Toko Klinik IT bagi siswa https://klinik-it-sukabumi.page.tl/ tahun 2006 dan tahun ini membuka Toko Yasti Computer Sales and servis.TeFa ini akan sangat berperan dalam membangun brand Image SMK sebagai sekolah calon pengusaha.
    Mari kita mulai hari ini SMK BISA, SMK MANDIRI , SMK MEMBANGUN CITRA SEKOLAH CALON PENGUSAHA BERBASIS TEKONOLOGI INFORMASI (Technopreneur).
   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H