Mohon tunggu...
Asep Sapa'at
Asep Sapa'at Mohon Tunggu... -

Saya adalah Trainer Pendidikan di Lembaga Pengembangan Insani - Dompet Dhuafa. Belajar bersama guru, mendengarkan keluh kesahnya, memberi alternatif solusi bagi masalah hidupnya, adalah karunia hidup tak terhingga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inspirasi dari Kak Seto (Catatan Terserak di Tahun 2009)

20 Desember 2011   22:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:58 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Unexamined life is not worth living

(Hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak dihidupi)”

2 hari sebelum terjadi bencana Situ Gintung, secara tidak sengaja saya bertemu dengan Kak Seto dan keluarganya. Pada saat itu, saya sedang memberikan sesi training “Interactive Fun Learning” bagi guru-guru SD di wilayah Semarang. Kekaguman saya pada sosok Kak Seto sudah saya rasakan sejak saya sekolah di bangku SMP. Kepribadian yang bersahaja, dekat dengan dunia anak, idealismenya untuk memperjuangkan hak-hak anak, dan ‘gaya rambutnya’ yang khas menjadi ciri khas yang dapat saya kenali dengan mudah dari sosok yang ‘awet muda’ ini.

Perkenalan saya dengan Kak Seto terjadi setahun yang lalu. Ketika saya membawakan sesi training guru di Jakarta, ternyata ada Kak Devi (istrinya Kak Seto) yang hadir di tengah-tengah peserta training. Perjumpaan ini pun berlanjut karena saya diundang untuk mengisi sesi training bagi para instruktur di Lembaga Homeschooling Kak Seto. Luar biasa, saya merasa sedang bermimpi bertemu dengan figur yang saya kagumi. Gimana gak surprise, sebelum saya memulai sesi training, di samping saya Kak Seto memberikan wejangan dan kata sambutan di event bertajuk Training ‘Active Learning’ Instruktur Homeschooling Kak Seto.

25 Maret 2009, saya dipertemukan kembali dengan Kak Seto. Selesai mengisi sesi training, saya berbicara banyak hal dengan Kak Devi tentang kiprah Kak Seto beraktivitas di Komnas Perlindungan Anak, kiprahnya menyempurnakan sistem Homeschooling, dan idealismenya untuk terus eksis memperjuangkan hak-hak anak yang kerap terabaikan. Waktu menunjukkan pukul 15.35 wib, tiba-tiba Kak Seto datang memasuki ruangan training. Sontak, seluruh guru menyambut gembira kehadiran Kak Seto, bahkan ada yang sempat jingkrak-jingkrak segala. Suasana training berubah seperti jumpa fans. Seluruh guru menyalami Kak Seto dan Kak Devi secara bergantian, bahkan ada yang langsung meminta foto bersama.

Selesai berfoto bersama, Kak Seto diminta untuk menyampaikan beberapa pesan bagi para peserta training. Beliau menyampaikan perasaan gembiranya dan ungkapan salut atas terselenggaranya kegiatan training “Interactive Fun Learning”. Menurut beliau, kegiatan training seperti ini sangat strategis untuk menumbuhkembangkan budaya belajar para guru dalam meningkatkan kualitas profesionalismenya. Harapannya, setiap guru yang sudah profesional mampu melayani hak-hak belajar anak secara baik yang diselenggarakan di lingkungan sekolah.

Kak Seto juga sempat berujar, “Insya Allah kalau ada kesempatan, saya juga ingin ikut belajar dari Kak Asep dalam sesi-sesi training seperti ini.” Mengagumkan, pernyataan seseorang yang mempunyai kualitas hidup yang mumpuni.

Air mata, tangis histeris, mewarnai semua pemberitaan di media masa pada tanggal 27 Maret 2009. Saya terkejut, ikut mengharu biru, dan mengucap “Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun...” Saudara-saudaraku di daerah sekitar Situ Gintung mendapat musibah yang tak pernah mereka harapkan, termasuk Kak Seto yang ikut pula menjadi korban.

Tadi pagi, Kak Seto sedang menghibur anak-anak korban musibah Situ Gintung. Salah satu stasiun televisi swasta meliput aktivitas Kak Seto bercerita, bernyanyi, dan berbagi keceriaan bersama Kak Seto. Bagaimana perasaan keluarga Kak Seto menghadapi musibah yang menimpanya? “Kami sangat terkejut ketika air secara mendadak dalam skala besar menerjang rumah kami, kami sempat menyelamatkan diri dan diam di atap rumah sekitar 3 jam sebelum bantuan datang”, Kak Devi (Istri Kak Seto) mengurai jawaban atas pertanyaan tadi. Berbeda lagi dengan komentar salah satu anaknya Kak Seto, “Saya sangat sedih dengan bencana yang terjadi ini. Saya tidak trauma dengan kejadian ini, saya hanya tak kuasa jika harus melihat mayat yang sudah mati dan ditemukan Tim SAR.”

Tanpa menyampaikan banyak kata, ketika saya menonton aktivitas Kak Seto bersama anak-anak korban Situ Gintung, saya menangkap pesan khusus dari Kak Seto, inilah hidup, kita harus siap diuji dengan berbagai masalah yang sebenarnya akan menguji seberapa hebat kualitas hidup kita. Dari jauh, seolah Kak Seto menyampaikan pesan khusus bagi saya, “If you want get more, you have give more...”

Terima kasih Kak Seto, inspirasi itu sangat berharga bagi saya, salut atas perjuanganmu membela dan melindungi hak-hak anak dalam berbagai kondisi yang terjadi pada dirimu. Semoga Allah swt memberikan hikmah besar di balik musibah ini, dan mengganti semuanya dengan yang lebih baik. Teruslah berjuang Kak Seto demi masa depan generasi penerus bangsa kita...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun