Suatu tempat berkerumunan masyarakat yang padat, suasana yang anggun membekukan bagi yang tak terbiasa dengannya, tempat dimana sejuta pengalaman yang dirindukan entah adanya campur tangan dengan perasaan. Bandung namanya, Sejuk yang tergambarkan apabila mendengar namanya. Mungkin sama dengan semua orang, namun bagiku Bandung memang benar tempat dimana bisa ku rindukan, tempat aku bisa bernostalgia merindukan orang yang entah menyayangiku apa tidak.. tapi dengan perasaan yang kuat aku tetap menyayanginya. Mungkin pada masanya?.
    Bicara asmara yang terdapat dalam suatu hubungan, sekarang aku membicarakannya. Walaupun hanya sebatas kata, namun bisa terucap karna aku menulisnya penuh terlintas di dalam benaku pada saat ini. Mungkin bukan sebuah singkat cerita, karna yang ku jalani bukan hanya sekedar bulan perbulan dengan-nya... yang ku maksud ialah seseorang yang ku sayangi. Bertahun lamanya aku menjalani hubungan dengannya dengan adanya suatu jarak yang membatasi. Orang sering menyebutnya LDR, haha aku pun sampai saat ini  tidak mengetahui kepanjangannya. Tidak penting bagiku, karna yang kuyakini jarak tidak akan pernah bisa menjadi hambatan yang berbuah menjadi penghalang.
     Berawalan kami mengawali dengan kebahagiaan yang kita dapatkan, hal kecil yang membuat kami seolah menjadi dekat walaupun berbeda jarak, hal konyol yang membuat kami tertawa, dan sebuah media yang mendekatkan kami ketika audio menyala kian pikiran ku menjadi saksi kebahagiaan yang kami perbuat pada masa itu. Keyakinan yang kami yakini begitu kuat untuk saling menguatkan satu sama lain, rasa sayang yang selalu bertumbuh setiap harinya terkalahkan oleh perasaan egois yang kita miliki.
     Suatu saat terlintas diantara benak entah aku atau pun dia yang berkata tentang aku jenuh maupun bosan karna yang kita jalani hanya ini saja. Aku mengingatnya, pada masa itu adalah sebuah awal bagaimana jarak mengeluarkan kekuatannya bahwa ia bisa merengganggkan suatu hubungan. Aku mengaku salah, karena bagaimana caranya dan caranya bagimana aku mencoba untuk membenarkan posisiku namun tetap berujung salah. Karena aku selalu  tidak ada disaat dia membutuhkan kasih sayang, aku selalu tidak bisa menemaninya, aku selalu tidak bisa mengantarkannya, aku selalu tidak ada disaat dia membutuhkan ku........... secara nyata. Selalu dan selalu saja aku tidak bisa diandalkan.. bagaimana bisa? Apakah aku benar kekasihnya apa hanya kekasih bayangan? Apa mungkin aku kekasih virtual saja?.
     Perasaan salah yang kupunya dengan suasana yang entah berantah kacau, memikirkan hal hal yang tidak ingin aku sampaikan kepadanya. Aku memikirkan bahwa hubungan kita hanyalah sekedar menjalankannya saja. Sama sama takut kehilangan tetapi lama kemudian kami kehilangan rasa yang berujung hanya mempertahankan saja. Pernah aku mungkin merasa, Aku tidak pernah dilarang, aku tidak pernah untuk dicarinya. Apa benar kamu menahan rasa rindumu sendirian? Mengapa? Mengapa tidak sampaikan saja apa yang kamu rasakan yang tidak sesuai denganku? Apa ini arti dari sebuah gengsi? Oh sayang percaya lah aku pasti mengubah yang tidak sesuai dengan apamau mu. Aku menyayangimu entah selebay apa ucapanku ini tetapi aku tidak bisa menunjukan seberapa besar aku menyayangimu. Ketika kamu tidak menyampaikan apa yang tidak pas dariku dan kamu hanya diam saja, aku merasa hampa dan kebingungan dengan mu yang selalu menahan dan terkadang tidak merespon..., apakah aku ini benar? Apa aku salah? Apa yang salah dariku? Apa yang bisa aku perbaiki? Sudahlah pertanyaan ini mungkin hanya aku ucapkan di dalam hatiku saja.
    Dengan kekacauan rasa yang telah terjadi membuatku menyimpulkan semuanya, dengan kesedihan aku menyimpulkan aku hanya menahan kebahagianmu saja. Yang kita jalani hanya membuatmu sia sia. Aku sedih memikirkannya, aku takut dengan apa yang aku sampaikan untuk kehilangan. Tapi jika kesimpulan yang aku simpulkan ini benar bahwa aku harus yakin untuk membenarkannya. Aku tidak mau menahan kebahagiaanmu, aku tidak mau membuatmu hanyalah menjadi sia sia, aku engga mau menjadi orang yang tidak ada disaat kamu butuhkan, aku tidak mau kamu mempunyai kekasih yang tidak bisa diandalkan. Dengan berat hati, aku ikhlas untukmu berbahagia. Maafkan aku yang tidak bisa menjadi apa yang kamu inginkan, mungkin ke akward-an ku selama ini tidak bisa menjadi penghibur untukmu. Aku sangat menyayangimu, dengan berat kusampaikan ucapan terimakasih karna aku bisa menjadi kekasih mu selama ini, entah kamu menyayangiku apa tidak tapi aku bersyukur karna pernah memilikimu... tetapi aku ingin bersamamu :'(. Sudahlah aku tidak mau kamu tersia sia kan. Jika aku memang bukan yang terbaik maka aku rela untuk pergi. Mungkin ini adalah yang terakhir yang bisa kusampaikan, entah dengan perasaan kacau ataupun perasaan hancur yang kuperbuat diiringi dengan kesalahan. Bukan jarak yang merusak, bukan rindu yang mengacaukannya, aku mengaku salah dan meminta maaf. Semoga kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan, belajar lah untuk membicarakan sesuatu. Aku merasa kehilangan mu saat ini dan entah kamu merasakannya juga apa tidak, sampai kapanpun aku tetap menyayangi. Sampai saatnya tiba, ketika kamu menyayangi yang baru, aku akan berhenti untuk menyayangimu, aku berjanji.
     Perlahan aku mencoba untuk berjalan keujung jalan sampai kumenemukan suatu papan yang bertuliskan suatu kalimat yang pernah menjadi pembahasan. Mungkin setiap langkahnya aku akan selalu menoleh kearah belakang untuk melihatmu, tapi dengan tujuan membuatmu bahagia aku memberanikan menolehkannya selalu kedepan dengan menemukan papan tersebut. Semoga apa yang kamu semogakan tercapai, aku pamit untuk pergi. Kamu tidak akan merasakan kehilangan karna aku yang akan menghilang.
     Seketika terdiam dengan duka yang bermekaran didalamnya, Semoga duka yang timbul bisa cepat pulih. Berbahagialah karna aku akan bahagia dengan kamu bahagia. Percayalah aku selalu menatap namun tidak bisa menetap. Aku mengingat masa terakhir yang saat indah dengan berbagai badtripan yang selalu kusenyumi ketika air mataku mulai turun dan kesedihan maksimal disaat aku menuliskan ini.
     Menjadi saksi dari sebuah pengakhiran yang ingin aku sampailan ialah Bandung bagiku bukan hanya omong kosong belaka, ia punya kenangan walaupun tidak berada di kotanya, suasananya yang menceritakan dan aku yang merasakan kesepian. Terimakasih, dengan bandung akan selalu aku ingat tentangnya. Ambon yang selalu kusayang.
Seketika langit meneteskan segelintir air yang deras
Percayalah aku sedang membuat lintasan agar air tersebut bisa mengalir di dalam tanah yang terdiam.