Menikmati keindahan dan keunikan alam yang terbentang sebagai bagian dari ungkapan rasa syukur kita kepada Sang Pencipta adalah hal lumrah yang mesti kita perjuangkan, apalagi kegiatan tersebut bisa menjadi charger untuk memompa spirit dalam diri kita dan bila dilakukan bersama keluarga, rekan atau kolega bisa mempererat hubungan yang telah terjalin.
AseliSolo yang memahami benar akan hal ini berusaha memberikan informasi tentang kegiatan rekreasi yang bisa dinikmati di Kota Solo dan sekitarnya. Solo merupakan dataran tendah yang diapit dua gunung, Merapi-Merbabu di barat, Pegunungan Seribu di selatan dan Lawu di timur. Selain memiliki panorama alam yang cukup mempesona, lereng Gunung Lawu juga menyimpan jejak sejarah Kebudayaan Kuno Jawa. Adanya petilasan seperti Candi, Puri, dan Pertapaan menjadi bukti bahwa Gunung Lawu semenjak kuno telah menjadi daerah tujuan wisata, lebih lebih Wisata Religi (Spiritual).
Salah satu petilasan yang kini masih aktif digunakan sebagai tempat peribadatan adalah Candi Cetho, terletak di Dukuh Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar di timur Kota Solo. Cetho (Jawa) berarti ‘jelas’ ,’gamblang’, atau ‘terang’. Disebut Cetho karena dari tempat ini bisa melihat  ‘ jelas’  ke berbagi arah, disebut Cetho karena di candi ini banyak terdapat simbol-simbol yang menggambarkan dengan jelas tentang kehidupan manusia. Berdiri gagah pada ketinggian 1496 mdpl di lereng gunung, untuk mencapai Candi Hindu ini diperlukan kemampuan ekstra dalam kosentrasi dan berkendara karena jalan yang dilalui berkelok dengan kemiringan tajam.
Sebagai destinasi wisata, masyarakat sekitar Candi Cetho dan Stakeholder Pariwisata telah berbenah menata kawasan ini, agar semakin menarik dan memuaskan penikmat keindahan. Gapura di setiap pintu masuk halaman rumah warga di sepanjang jalan utama memberi kesan nuansa Perkampungan Hindu Kuno, Wisma Wisata sebagai tempat menginap telah banyak berdiri dan sejumlah Rumah makantelah siap menyajikan andalan masakannya.
[caption id="attachment_244663" align="aligncenter" width="831" caption="Loket dan Tempat Parkir"] [/caption] Pintu masuk Candi Cetho adalah teras berundak yang berujung Gapura yang megah berdiri, seakan menyambut kedatangan setiap pengunjung dengan gagah berwibawa.
[caption id="attachment_244656" align="aligncenter" width="590" caption="Gerbang Candi Cetho"]
Dalam menjelajahi Candi Cetho, pencinta keindahan sebaiknya menjelajahi sudut demi sudut kawasan, untuk menyaksikan beragam ornamen dan peninggalan purbakala. Banyak sekali ornamen ornamen candi yang unik yang bisa dijumpai di Candi Cetho. Semua ornamen merupakan perlambang , simbol simbol kehidupan yang dipahami masyarakat kala itu. Sebagai tempat peribadatan, pihak pengelola kawasan telah memasang rambu-rambu bagi penikmat keindahan selama menjelajahi kawasan candi
[caption id="attachment_244658" align="aligncenter" width="627" caption="Sebagian Sudut Candi Cetho"]
Sekitar 20 meter lurus di atas Candi Cetho, berdiri Taman Saraswati, namun untuk mencapainya penikmat keindahan harus mengambil jalan memutar sekitar 150 meter. Ditaman ini terdapat arca Dewi Saraswati, hadiah dari Kabupaten Gianyar, Bali tahun 2004. Dewi Sarasvati diwujudkan secara lengkap dengan busana putih bersih berkilauan, alat musik (wina/ sejenis gitar), memegang kitab pustaka (kropak), aksamala (genitri/ tasbih), bunga teratai (kumbaja), didampingi wahana berupa burung merak dan angsa putih. Setiap 210 hari sekali, tepatnya padahari Sabtu Legi wuku Watugunung, di tempat ini diadakan upacara peringatan Hari Raya Sarasvati atau Pawedalan Sang Hyang Aji Sarasvati. Di kanan taman adalah sendang yang mengalir air bening dan dingin khas pegunungan, dengan suasana bagian dalam ang berkesan sangat wingit.
[caption id="attachment_244674" align="aligncenter" width="871" caption="Rambu rambu Candi Cetho"]
[caption id="attachment_244665" align="aligncenter" width="871" caption="Taman Saraswati"]
Puncak dari Candi Cetho adalah bangunan pada teras paling atas, berupa susunan batu hitam berbentuk kubus polos dengan ornamen yang sangat minim sekali. Berbeda dengan kebanyakan bangunan keagamaan lain yang biasanya beratap lancip (limas, kerucut, piramid) sebagai axis mundi – simbol pusat dunia yang mengarah ke langit – atap kubus ini datar saja. Bangunan yang paling suci di candi ini, pada hari-hari biasa pintu besinya terkunci dan tidak dapat dimasuki. Pintu masuk ke teras terakhir ini sangat sempit, hanya cukup untuk satu orang. Menyimbolkan bahwa untuk urusan dengan Sang Penguasa Semesta itu bersifat pribadi, tanggung jawab masing-masing, tidak bisa bergantung pada orang lain.
[caption id="attachment_244670" align="aligncenter" width="1181" caption="Puncak Candi Cetho"]
Setelah puas menikmati Candi Cetho, penikmat keindahan bisa melanjutkan perjalanan untuk menikmati keindahan lain di lereng Gunung Lawu.
AseliSolo, berusaha melayani mereka yang berhasrat menikmati Kota Solo dan sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H