Daerah penghasil jambu merah yang cukup tinggi di Kabupaten Malang salah satunya adalah Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang. Menurut pemaparan salah satu petani jambu merah, Nur Sodikin (40), setiap harinya ia dapat memanen sekitar 200 kilogram jambu merah. Dimana setiap bulannya hampir mencapai 1 ton lebih, terutama di musim panen. Tentunya tidak semua ludes terjual kepada pemasok atau langsung kepada konsumen. Ia juga menambahkan bahwa dari 1 ton panen, hanya sekitar 8 sampai 9 kuintal saja yang dapat laku terjual. Jambu merah yang tak laku terjual masih dalam keadaan layak makan namun dari segi penampilan kurang baik karena tertekan saat proses pengangkutan dari lahan, sehingga konsumen lebih memilih buah yang dalam kondisi segar dan tampilannya baik. Hal ini juga membuat beberapa petani lain seperti Aziz (69) kesulitan untuk memanfaatkan buah jambu merah yang tersisa.
Hal tersebut membuat Mahasiswa Pengabdian Universitas Negeri Malang tergugah untuk memberikan ide inovasi produk olahan buah jambu merah dalam rangka memaksimalkan pemanfaatan buah jambu merah agar tidak berakhir menjadi "limbah". "Sisa panen tersebut sudah saya coba untuk dibuat produk kripik jambu merah, namun hasilnya kurang maksimal dan kurang memiliki daya saing" ujar Nur Sodikin (40), petani buah jambu merah Desa Pulungdowo . Dalam hal ini Mahasiswa Pengabdian Universitas Negeri Malang mengajak petani buah jambu merah khususnya di Desa Pulungdowo untuk membuat produk Nata de Guava berbahankan jambu merah sisa panen yang tidak terjual. Pembuatan produk Nata de Guava dihadiri oleh perwakilan petani jambu merah Desa Pulungdowo, yakni Nur Sodikin (40) dan Aziz (69). Pembekalan terkait produk Nata de Guava kepada perwakilan petani buah jambu merah dilaksanakan pada 3 November 2022 di Posko Mahasiswa Universitas Negeri Malang. Kegiatan tersebut berlanjut sampai pembuatan bersama Nata de Guava.
Nata de Guava sendiri merupakan produk fermentasi dari bahan buah jambu merah yang ditambahkan dengan starter bakteri Acetobacter xylinum. Produk yang dihasilkan memiliki bentuk yang sama dengan Nata de Coco dengan segi tekstur dan rasa yang sama. Proses pembuatan memakan waktu selama 14 hari, kemudian Nata de Guava sudah dapat dipanen setelahnya. Setelah dipanen dilakukan proses perendaman selama 2 hari. Produk Nata de Guava sudah bisa diolah ketika telah melewati proses perendaman dan perebusan. Tak lupa Mahasiswa Pengabdian Universitas Negeri Malang membuat olahan Es Campur dan dibagikan kepada warga sekitar untuk mengenalkan produk Nata de Guava tersebut. "Enak, rasanya legit sama seperti Nata de Coco, juga kenyal" ujar Lis (64), warga sekitar Posko Mahasiswa Universitas Negeri Malang. "Saya mewakili petani buah jambu merah Desa Pulungdowo mengucapkan terima kasih banyak kepada Mahasiswa Pengabdian Universitas Negeri Malang, karena dengan adanya inovasi produk ini diharapkan dapat memajukan produktivitas para petani, serta dapat memajukan UMKM petani buah di Desa Pulungdowo yang memiliki daya jual dan saing yang tinggi" ujar Nur Sodikin (40), petani buah jambu merah Desa Pulungdowo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H