Baru saja saya menonton MetroTV yang membahas mengenai teman-teman difabel yang tetap bersemangat menjalani hidup meski dalam keterbatasan. Tayangan seperti ini terkadang memang membuat saya malu sendiri. Mereka yang serba kekurangan saja tetap tekun dan bersemangat, kok saya yang sempurna begini kadang masih sering uring-uringan?
Hal yang menarik yang dibahas kali ini adalah sebuah website yang berisi informasi peluang kerja bagi teman-teman difabel. Website yang beralamat di http://kerjabilitas.com/ dikembangkan oleh Muhammad Ruby yang bukan difabel. Website ini mempertemukan para difabel yang sedang mencari kerja dengan para penyedia kerja.
Sedikit membahas mengenai difabel, di negara-negara maju teman-teman difabel ini mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan diperhitungkan dalam kebijakan pengembangan fasilitas umum. Biasanya yang menjadi isu adalah bagaimana menyediakan aksesibilitas yang menunjang bagi mereka. Contoh, akses khusus ke pintu masuk dan jalur parkir khusus bagi kendaraan yang berpenumpang difabel. Di Indonesia pun begitu, saya sendiri sudah melihat cukup banyak fasilitas umum ataupun pusat komersial di Jakarta yang menyediakan akses khsus untuk para difabel ini.
Kembali lagi ke peluang kerja untuk para difabel, sedikit tambahan ide yang bisa dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai sumber pencaharian selain menggantungkan diri ke penyedia kerja adalah:
1. Menjadi penerjemah. Penerjemah tidak memerlukan kemampuan fisik khusus untuk dapat bekerja dan berkarya. Cukup pertajam kemampuan bahasa dan kalau bisa lengkapi diri dengan sertifikasi penerjemah. Untuk saya yang normal saja, pemasukan tambahan yang saya dapatkan dari profesi freelance translator dalam sebulan jauh melebihi gaji per bulan di kantor.
2. Online marketer. Sepengetahuan saya di dunia online marketing ada Habibie Afsyah yang sukses menjadi internet marketer.
3. Web designer.
4. Designer grafis.
Dan masih banyak profesi lainnya. Tak usah lah kita muluk-muluk ingin menjadi seperti Stephen Hawking. Menurut saya, bisa mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain saja sudah lebih dari cukup. Karena secara pribadi, saya lihat teman-teman difabel kadang cenderung kurang percaya diri dan sedikit pesimis dalam menjalani hidup. Boleh jadi karena adanya penilaian negatif atau meremehkan dari lingkungan sekitar terhadap kekurangan mereka. Selain itu, sepengetahuan saya, banyak juga beasiswa yang ditujukan untuk teman-teman difabel ini.
So, tetap semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H