Mohon tunggu...
Sari Amelia
Sari Amelia Mohon Tunggu... -

Engineer, Magister Management dari salah satu Sekolah Bisnis di Jakarta dan tertarik untuk melanjutkan ke jenjang Doktoral.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Manfaat Berenang Bagi Si Hiperaktif

20 Februari 2016   11:13 Diperbarui: 20 Februari 2016   12:57 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

*Tulisan ini murni opini penulis berdasarkan pengalaman pribadi

Dua bulan terakhir saya mulai rutin berenang 2x seminggu. Kebetulan waktu itu teman mengajak saya ke kolam renang khusus wanita di daerah Tebet. Merasa cocok dengan kolam renang yang bersih dengan fasilitas yang lebih baik dari kolam renang khusus wanita yang biasanya saya datangi dulu, saya jadi lebih bersemangat belajar berenang di sini.

Sama seperti anak-anak lain saya sudah diajarkan berenang oleh Bapak sejak kecil. Tapi entah kenapa sampai sekarang masih saja saya belum bisa. Ibarat kata, masih saja 'takut air'. Padahal saya sering snorkling dan berolah raga air. Saya juga pernah belajar privat 4x pertemuan dengan pelatih renang. Tapi, sampai umur saya 30 masih saja begitu-begitu saja. Paling banter meluncur dari ujung kolam satu ke ujung kolam yang lain, itupun karena diyakinkan teman.

Saya pikir-pikir lagi, kok nyali saya kecil sekali. Di kolam renang yang tingginya tak sampai sedada saja sudah panik kalau berenang ke tengah padahal sudah bisa mengapung. Apa karena dulu saya pernah hampir tenggelam, gara-gara karena saking ingin bisanya berenang seperti yang lain saya 'sok-sokan' ke bagian danau yang agak dalam. Alih-alih lancar berenang, ini malah panik dan hampir tenggelam. Untung saja ada yang sedang berenang pakai ban di dekat saya.

Alhamdulillah, karena malu berenang pakai papan seperti anak kecil di samping saya. Papan berenang mulai saya buang. Mulai coba-coba belajar bagaimana ambil nafas sewaktu berenang. Faktor yang ternyata sering membuat saya panik. Kali berikutnya saya mulai berani meluncur lagi, biar masih di pinggir kolam, karena takut 'kehabisan nafas'. Itu pun karena 'dipaksa' ibu-ibu yang juga rutin berenang di kolam renang tsb. Dari ibu ini akhirnya saya baru sadar, kalau ternyata saya termasuk tipe yang 'maunya cepet, tapi kebanyakan mikir'. Entah karena panik atau memang penilaian si ibu itu benar. Tapi, kalau dipikir-pikir penilaian ibu ini benar juga, memang saya termasuk tipe yang 'gak bisa diam atau aktif, maunya cepet, dan gampang panikan'.

Kali berikutnya saya mulai sok pede mengajari teman dan melatih anak kecil. Sempat diledek sama penjaga kolam. 'Padahal dia sendiri juga masih belum bisa'. Saya ajari si anak kecil meluncur dan gaya katak. Ya, biar kata nyali saya masih kecil, tapi saya kan dulu pernah diajar pelatih renang. Jadi secara teori saya paham prakteknya saja yang mungkin belum lancar. 

Alhamdulillah si anak bisa. Lihat bagaimana si anak ini berenang dan bisa melakukan seperti yang saya ajarkan. Saya mulai sedikit pede. Kali berikutnya, karena termotivasi ingin mencoba menyelam. Saya mulai memberanikan diri 'main' di tengah. Mulai memberanikan diri jalan di kolam yang lebih dalam tanpa pegang papan. Mulai lihat-lihat bagaimana cara orang lain mengangkat kepala ambil nafas di air. Saya mulai coba meluncur dari tengah kolam dan berenang pakai gaya katak. Memang awalnya agak panik juga karena tidak ada pegangan, tapi setelah dicoba terus akhirnya saya baru sadar ternyata kuncinya 'tenang dan tidak panik' di dalam air. 

Entah benar entah tidak, setelah hampir dua bulan rutin berenang seperti ini saya mulai merasa jauh lebih rileks dari biasanya. Teman juga bilang kalau sekarang saya lebih santai dan tenang. 

Saya ingat-ingat kembali, dulu saya pernah menyarankan untuk mengajarkan renang ke anak tetangga yang menderita autisme. Karena dulu sewaktu belajar renang dengan pelatih, saya merasa gerakan saya agak lebih terkendali setelah belajar renang. Sekarang saya mulai setuju, menurut saya berenang bisa membantu si aktif ataupun hiperaktif mengendalikan gerakan. Karena di air mereka harus belajar bagaimana mengendalikan diri dan gerakan supaya tidak tenggelam.

Coba saja Anda perhatikan, perenang pemula atau yang baru pertama kali berenang biasanya cenderung 'boros' gerakan atau menggunakan tenaga terlalu banyak untuk bisa mengayuh atau bergerak di air. Sedangkan orang-orang yang terbiasa berenang gerakannya lebih santai dan tampak seperlunya, tetapi teratur. Penderita hiperaktif mungkin bisa kita analogikan seperti para perenang pemula yang bergerak terlalu banyak di air ini. (*sekedar opini)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun