Mohon tunggu...
Asa Rahmadi
Asa Rahmadi Mohon Tunggu... Atlet - Laki-laki

Mahasiswa Kimia yang nggak kimia kimia banget

Selanjutnya

Tutup

Humor

Ketimpangan Sejak Dini (TK)

16 Januari 2022   21:19 Diperbarui: 16 Januari 2022   21:28 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Pergantian tahun identik dengan bertambahnya usia, semakin tua usia bumi semakin tua pula usia sendiri. Bertambahnya usia bukan hanya berarti menyongsong masa gemilang di hari yang akan datang, tapi terkadang juga teringat hal konyol yang terjadi di masa silam.


Beberapa hari sebelum pergantian tahun, ketika sedang menikmati hari libur dengan melamun, tiba-tiba saja ingatan yang sedikit kabur melintas dengan santun. "Permisi, ingatkah kamu dengan memori ini?". 

Ya, sepertinya aku ingat. Masa itu aku pernah bersekolah di TK dan SD yang bisa dibilang salah satu sekolah bonafit yang terdapat di kota tempat aku tinggal. TK dan SD tersebut bernaung dalam satu yayasan dengan latar belakang keagamaan. Mayoritas anak yang bersekolah di tempat tersebut berasal dari keluarga kalangan menengah keatas, aku sendiri yang berasal dari kalangan menengah kebawah merasa beruntung dapat bersekolah di tempat itu. 

Memang kesannya seperti ego orang tua terhadap anak pertama yang ingin memberikan hal terbaik kepada anak pertama (termasuk ekspektasi yang tinggi kepada anak). Terlebih dua adikku tidak disekolahkan di tempat yang sama denganku, permasalahannya apalagi kalau bukan biaya(?). 

Meskipun merasa beruntung, terkadang aku juga merasa konyol berada di sekolah dengan lingkungan semacam itu. Melihat teman-teman diantar jemput menggunakan mobil pribadi, pernah sesekali aku ingin merasakan hal yang sama, diantar menggunakan mobil menuju ke sekolah. Kebetulan ketika masih TK aku tinggal bersama kakek dan nenek, kakek bekerja di dinas perhubungan dan mendapat inventarisasi berupa mobil dengan merk suzuki escudo lengkap dengan pernak-pernik sticker dinas perhubungan dan lampu strobo. Dengan sedikit rasa malu aku meminta diantar menggunakan mobil itu. 

Gagah rasanya, ketika sampai di depan gerbang sekolah, satpam membantu membukakan pintu mobil dan menggandeng tanganku masuk ke dalam sekolah. Jadi, seperti inikah rasanya menjadi orang kaya (?). Namun hal itu hanya terjadi sekali saja, selebihnya aku diantar menggunakan motor supra dengan knalpot yang nyaring suaranya.

Pernah suatu hari temanku yang sangat kaya membawa mainannya ke sekolah. Sebuah action figure robot gundam, aku terperangah melihatnya, tapi ia memamerkannya dengan wajah yang biasa saja. Bolehkah aku meminjamnya? pintaku. Dengan menganggukkan kepala dia memberikannya padaku, belum sempat senangku meluap, ia mengeluarkan lagi robot gundam yang lain. Sial, ternyata dia bukan hanya sedang pamer punya mainan baru tetapi ingin menunjukkan kalau ia punya segalanya. 

Tidak hilang akal, memanfaatkan keadaan tersebut aku berniat membawa mainan itu pulang ke rumah, lumayan besok adalah hari minggu sehingga aku bisa mengembalikannya hari senin. Seperti dugaanku, ia dengan santainya mengiyakan permintaanku. 

Tapi apalah dikata,  memang mental orang tidak punya, bukannya senang dan bahagia memainkan mainan mahal itu, aku malah ketakutan dan hanya memajang mainan itu di atas dipan tempat tidurku. Belum lagi nenek yang mewanti-wanti untuk berhati-hati dan jangan sampai merusaknya. 

Ya, benar, kita untuk membeli sebagai milik pribadi saja tidak rela dan mampu, apalagi membelikannya untuk orang lain. 

Pupus sudah harapanku untuk memamerkannya di depan teman-temanku yang sama tidak punyanya haha.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun