Sudah minggu malam saat tulisan ini dibuat, artinya hari senin tinggal menunggu hitungan jam saja. Bicara tentang hari senin, semua pasti setuju bahwa hari senin merupakan hari yang paling dihindari.Â
Mengapa demikian? tentu saja karena banyak hal yang menjengkelkan terjadi. Mulai dari hilangnya dasi dan topi hingga terpotongnya gaji.
Rasanya seakan tidak ada perubahan berarti dalam menghadapi hari senin, mulai dari masih kecil sampai sudah berjanggut ini, selalu saja ada hal luput terjadi.Â
Bahkan saat masih menganggur beberapa waktu yang lalu, hari senin tetap saja menjadi momok yang harus dihadapi, padahal sudah libur setiap hari. Minggu malam menjelang senin pagi, sudah mulai kepikiran "besok melamar kerja di mana lagi?".
Ketika senin pagi menyapa dan matahari memaksa membuka mata, ingin sekali rasanya menutup pintu dan jendela, kemudian berkhayal hari masih gelap gulita.Â
Sejujurnya, tidak ada yang pernah benar-benar siap menghadapi senin pagi. Coba sebutkan saja siapa yang akan siap, Ibu Rumah Tangga?
Meskipun ibu rumah tangga memiliki kebesaran hati dan keikhlasan yang tinggi tetap saja ada sedikit rasa kesal dalam menghadapi senin pagi.Â
Bagaimana tidak? ia harus bangun lebih pagi, menanak nasi, menyiapkan bekal anak dan suami, dan tidak lupa menyiapkan bahan julidan dengan tetangga.Â
Tentu saja hal tersebut akan sangat menguras pikiran dan tenaga, bagaimana jika perlengkapan sekolah dan kerja tidak siap, bagaimana jika nasinya belum tanak, dan bagaimana jika bahan julidan itu sudah kadaluarsa. Tidak mudah bukan menghadapi senin pagi?
Siapa lagi?
Instruktur senam, misalnya. Minggu malam tentu ia sudah kepikiran gerakan apalagi yang akan diperagakan, baju training warna apa yang akan dikenakan, dan pasangan siapa lagi yang akan diajak kencan. Ah tidak, yang terakhir hanyalah stigma usang yang tidak perlu diangkat ke permukaan.Â