Mohon tunggu...
Asa Rahmadi
Asa Rahmadi Mohon Tunggu... Atlet - Laki-laki

Mahasiswa Kimia yang nggak kimia kimia banget

Selanjutnya

Tutup

Diary

Berak Seperlunya

28 April 2021   21:57 Diperbarui: 28 April 2021   22:03 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berak sudah menjadi kegiatan umum yang menyenangkan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Di kala kesibukan melanda, berak menjadi solusi tepat untuk menyelingi kesibukan tersebut. Tidak jarang berak menjadi quality time bagi beberapa orang. Siapa yang menolak untuk menikmati keluarnya tinja dari lubang sempit dan mengkerut itu.

Namun, setelah sekian lama menggeluti dunia per berakan, saya mempelajari satu hal penting yang sangat bermakna. Berak juga sama seperti kegiatan lainnya, butuh waktu dan jeda.

Meskipun kegiatan ini sangat menyenangkan dan melegakan, tapi kita tidak bisa terus-menerus melakukannya dengan intensitas yang tinggi. Kuncinya adalah butuh jeda agar nikmatnya tetap terjaga. Toh, jika dalam sehari kita berak berkali-kali itu juga disebut diare, bukan nikmat tapi tidak sehat.

Mungkin jika kloset memiliki kemampuan untuk berbicara dan bernyanyi, ia akan menyanyikan lagu dari Tulus dengan judul Ruang Sendiri. 

"Beri aku kesempatan untuk bisa merindukanmu, jangan datang terus

Beri juga aku ruang bebas dan sendiri, jangan ada terus"

Kloset pun kesal jika terus-menerus memandangi dubur dan menelan apa yang dikeluarkannya. Belum lagi jika anggota tubuh diberikan kesempatan untuk berbicara, lutut akan mengeluh kesakitan karena terlalu sering dan lama untuk menekuk dan menopang tubuh di kala berak. Otot perut pun demikian, sudah lelah untuk mendorong tinja keluar dari tubuh.

Berak memang sangatlah nikmat, tapi kita harus pintar-pintar mengatur waktunya. Bukan berarti karena nikmatnya, tiap kebelet sedikit kita langsung menuju toilet, bisa jadi itu hanya kontraksi palsu. Berilah jeda untuk berak, agar kloset akan selalu merindukan kedatangan tinja.

Sekian dulu tentang berak kali ini, berak lah seperlunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun