Seharusnya aku sanggup
Seharusnya aku bisa
Menahan gumpalan api yang terjatuh
Yang membuatku bercucur amarah
Namun kau yang datang malam itu
Malam, pukul sembilan bukan tujuh
Aku dan darahmu yang lain terdiam melihatmu
Kecanggungan, aku teringat masa itu
Kupikir, seharusnya aku menangis
Tapi malam itu kering, aku hanya mengurung
Mengurung diri di kamar hingga sepertiga malam
Terbangun dari tidur dua jamku
Namun kau datang lagi, pengingat masa laluku
Maaf, aku bersembunyi saat itu
Aku dan kamarku yang menjijikkan ini
Sebaiknya tak dilihat siapa pun
Maaf, aku berteriak pagi itu
Maafkan mataku yang berat kala itu
Aku tahu, hal ini mudah disesali
Dan tak mudah tak diulangi kembali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H