Mohon tunggu...
Asa Lukis
Asa Lukis Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lima Indra

5 Maret 2024   20:10 Diperbarui: 5 Maret 2024   20:48 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Air hangat menjadi tawar
Dahulu asin, dahulu manis
Lidahku 'kan selamanya merasa
Atau setidaknya itu yang kukira

Cucuran air kian tak kering
Buram pandangan, sempit sesak
Mencekik, bola mataku tercekik
Panas, kesadaran pergi

Bosan telinga, hal yang sama
Berulang terus-menerus, tak henti
Alunan dan nada yang dahulu nyaman
Hilang kehangatan, hilang isinya

Kumpulan makhluk berwarna yang mati
Yang tercabut dari batang dan daun
Harum wangi tak lagi sama, hilang
Bunga itu 'tlah mati, membusuk per detik

Sentuhan tangan mengejutkan
Karena ribuan tahun diriku berdebu
Sesak nafas kubuat dia, orang itu
Yang menolongku, membersihkanku

Perasaan yang kian menghilang
Semua hal tlah memudar
Selamatkan hal yang tersisa
Sebelum hilang kelima indraku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun