Saya melakukan apa yang disuruh Pak Joko, melompat dan berenang. Namun begitu kaki saya mendayung, muncul rasa kram yang begitu menyakitkan. Saya tidak bisa bergerak. Ingin rasanya kujeritkan nama Pak Joko, namun air laut memasuki hidung dan mulut ini. Apakah ini akhir dari segalanya?
Ya, seperti yang Pak Joko bilang, mungkin saya memang harus merelakan Bapak dan berhenti berpura-pura bahwa Bapak hanya sedang pergi jauh. Kejam sekali kehidupan ini. Maaf Bapak, saya tidak bisa menerima kenyataan. Maaf Emak, saya tidak bisa menjadi anak yang membanggakan. Maaf Pak Joko, saya terus merepotkan Bapak. Maaf, saya..
Allahu akbar Allahu akbar...
Kudengar suara adzan dari masjid di sebelah rumah.
"HAH!" Saya megap-megap. Apa yang barusan terjadi? Kulihat sekeliling, ini kamarku. Tubuh ini bercucur keringat dan detak jantungnya begitu kencang. Namun, segalanya baik-baik saja, seperti tidak ada yang terjadi. Saya merasa sehat seperti biasanya.
Butuh beberapa menit untuk menyadari bahwa saya baru saja mendapatkan mimpi buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H