Mohon tunggu...
Asa Lukis
Asa Lukis Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Melaut

3 Maret 2024   06:42 Diperbarui: 4 Maret 2024   08:14 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya... nggak papa Pak, hehe."

"Sudahlah Le, kamu harus belajar untuk merelakan. Sampai kapan ibumu akan merahasiakannya?"

"Merahasiakan apa maksudnya Pak Jo-"

Bruk! Perahu yang sedari tadi berombang-ambing tiba-tiba berhenti dengan kasar. Saya kebingungan, begitu pula Pak Joko. Namun beberapa saat kemudian, angin darat berhembus dengan sangat kencang dan melepaskan perahu kami dari jeratan aneh tadi. Pak Joko tidak terlihat panik, jadi tak kutemukan alasan untuk merasa demikian. Aneh, kakiku terasa dingin.

Pak Joko berdiri dan mengambil jala yang sudah ia siapkan tadi. Kami berdua melempar jaring lebar itu ke lautan yang luas. Rasanya seperti ada yang menjanggal, kaki ini terasa sangat basah. Penasaran, saya melihat ke bawah. Air-air menggenangi badan perahu, tidak terlalu tinggi, namun tidak wajar.

"Pak, kok di sini banyak air?"

"Ya jelas lah Le, wong ini laut."

"Bukan Pak, maksud saya di lantai perahu."

Pak Joko melihat ke bawah, dan nampak kaget. "Le, kayaknya perahunya bocor!"

"Lho kok bisa Pak?!"

Lubang yang awalnya hampir tak terlihat menghasilkan bunyi krek yang pelan, air laut semakin menggenang. Perahu yang kami tumpangi perlahan-lahan karam. Pak Joko menyuruh saya untuk melompat dari perahu dan berenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun