Mohon tunggu...
Hera Loebs
Hera Loebs Mohon Tunggu... Aktris - Happy Mommy Squad

Pemerhati warna diantara tumpahan tinta, penulis malam,

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kegaduhan Politik yang Sudah Diskenariokan

17 Maret 2015   14:13 Diperbarui: 31 Januari 2017   23:33 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kegaduhan politik ini hanyalah setingan/ skenario sang sutradara negeri,dan rakyat hanya diBUTAKAN keadaan/termakan pemberitaan. kegaduhan politik hanyalah suatu kondisi seperti bermain RUBIK geser kanan geser kiri putar kanan putar kiri & akan diam ketika semua sdh di posisi.
kita hrs bermusuhan di depan rakyat,kita hrs gontok2kan di depan rakyat,kita harus berpura2 seolah Kontra ( aku mendengar bisik2 kalian *Politisi ). Tidak ada yg aneh dari mulai knapa 2 capres sj & tidak merasa termakan juga dengan gonjang2 politik yg ada,aku cuma miris dng Gontok2an aja. 7 jam sebelum ketua MK menyatakan keputusannya siapa yg memenangkan sengketa,sy sudah di sms oleh ( nya ) siapa yg akan menang ( dagelan ). kita belum bisa lepas dari pengaruh asing itu aja masalahnya.. dan hanya perang serta darah yg bisa membebaskannya ! pertanyaanya apakah mau?. perang bkn pilihan & di telikungpun juga bukan suatu kondisi yg nyaman,mungkin akan menjadi sejarah panjang kita akan jadi BANGSA yg Nrimo. lalu bagimana dng Gonjang-Ganjning ing dan kegaduhan ini baik di dunia nyata / maya?, semua sedang bermain Puzzle & rubik , nanti juga akan pd diam. Gontok2kan AGAMA-RAS-SUKU semua akan menuju kpd Politik .. semua bermuara kpd bagaimana cara berkuasa ( nyari makan )
ada yg sadar ada yg tdk sadar, ada yg tau ada yg tdk tau, ada yg paham ada yg tdk paham , dan diantaranya banyak yg memainkan KEPURA-PURAAN. Politik itu ibarat Film RAMBO vs Vietkong,rakyat menonton seolah2 mereka bunuh2an,tapi sesungguhnya mereka sedang berjalan didalam satu naskah yang sama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun