Aku, kamu dan dia adalah kita dan kita adalah manusia
Sewaktu pertama kali Saya datang ke kota Palangka Raya di Kalimantan tengah 8 tahun yang lalu, saya tidak suka kota ini. Orang-orangnya sangat  tidak ramah. Mereka bergerak amat cepat, dan tidak peduli dengan orang lain.Â
Suasananya menciptakan kesepian dan rasa tegang. Namun, setelah tinggal disini beberapa lama, pendapat saya berubah. Orang-orang Palangka Raya ternyata ramah dan sangat peduli,dan itulah budaya dan kebiasaan mereka. Ini baik, dan juga tidak buruk.Â
Dalam banyak aspek, Palangka Raya adalah kota yang nyaman sebagai tempat tinggal, dan membangun keluarga. Jadi, awalnya, saya berpikir A. Dan kemudian, saya berpikir B. Berikutnya, mungkin, saya akan berpikir C. Yang mana yang benar? Bagaimana memahami pikiran yang berubah-ubah ini?
Kita  dan pikiran
Kota Palangka Raya tetap ada disini dan saat ini. Namun, kesan saya berubah. Pengalaman saya berubah. Kesan dan pengalaman saya pun mempengaruhi sikap hidup saya disini.
Darimana datangnya kesan dan pengalaman? Jawabannya jelas, yakni dari pikiran. Dari mana asal pikiran manusia? Ini pertanyaan menarik yang mendorong para ilmuwan dari berbagai bidang untuk melakukan penelitian.
Kesan biasanya muncul dari pengamatan. Kita melihat dan mengamati sesuatu, lalu timbul kesan tertentu tentang sesuatu itu. Bisa dibilang, dari pengamatan lalu muncul pikiran, dan kemudian kesan.Â
Namun, pengamatan pun selalu membutuhkan pikiran. Jika disederhanakan, urutannya begini. Pengamatan dengan indera dan pikiran, lalu melahirkan kesan.Â
Kesan lalu melahirkan pendapat dan pendapat lalu mendorong tindakan. Tindakan lalu membentuk realitas,  dan  akhirnya,  realitas  itu  diamati  lagi  dengan  indera  dan pikiran. Begitu seterusnya.
Dari sini bisa disimpulkan, bahwa realitas adalah hasil dari bentukan pikiran kita. Karena pikiran kita berubah seturut dengan pengamatan dan kesan, maka realitas hidup kita pun berubah. Hari ini, kita bahagia. Besok, mungkin ada masalah yang datang.