Mohon tunggu...
Hubertus Lajong
Hubertus Lajong Mohon Tunggu... Guru - a chemistry taecher
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

belajar di pendidikan kimia Universitas palangka raya (UPR)

Selanjutnya

Tutup

Financial

Penolakan Pabrik Semen di Matim Kurang Bersahat dengan Angka Pengangguran

7 Mei 2020   02:38 Diperbarui: 7 Mei 2020   02:30 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini NTT kembali diramaikan dengan penolakan berdirinya pabrik SEMEN di kabupaten manggarai timur,penolakan ini bahkan bukan hanya kalangan masarayak setempat  tetapi juga ada beberapa lembaga yang ikut menolak seperti dispora dan keuskupan. bentuk penolakan ini pun bermacam-macam : ada yang menolak dengan mendatangani petisi dan ada juga yang menolak dengan cara memberi pandapatnya kepada media.

aksi penolakan itupun di tanggap oleh gubernur provinsi nusa tenggara timur, Viktor bungtilu laskodat. beliau  menegaskan, apabila masyarakat Matim menolak, maka Pemprov akan mengambil alih dan memindahkan pabrik semen itu ke daratan Timor. Gubernur VBL juga mengatakan pembangunan infrastruktur di NTT membutuhkan semen. Karena itu ia mengizinkan pembangunan pabrik semen tersebut.

"Kalau swasta tidak bisa membangun, pembangunannnya diambilalih Pemprov. Saya hanya mengizinkan pabrik semen karena memang dibutuhkan. Pabrik lainnya tidak saya izinkan,"

sekilas melihat alasan penolakan dari masyarakat setempat yaitu karena mereka trauma dengan perlakuan perusahan tambang yang beroperasi di wilayah yang sama. trauma akibat  janji palsu dan juga tidak punya dampak ekonomi terhadap masarakat setempat.

sebagai anak perantau saya mau mencoba menanggapi pernyataan penolakan dari masyrakat manggarai timur, para missi, dan juga dispora.

jika alasanya adalah masarakat trauma dengan masa lalunya, saya mau katakan " ende/ema/ase/kae bangun lah dari mimpi muruk itu, artinya masa itu dan masa ini berbeda, perusahan yang mau dibangun pada saat itu dan ini berbeda, pemimpin saat itu dan saat ini juga berbeda. jangan mengedepan egoisme kita seakan akan kita adalah pencinta alam yang fanatik pada hal juga bukan.

begitu juga dengan dispora dan para missi, jangan kemudian ketika masyarakat meminta pencerahan dan pandangan lalu lancang mengatakan penolakan terkait itu padahal kalian juga hanya memandang dari sisi kerusakan alam saja.tapi pernah ndak memandang dari sisi ekonomi ?khususnya pengangguran. bayangkan angka pengangguran manggarai hingga tahun 2020 mencapai 6000 orang belum lagi ditambah dengan situasi sekarang ini. bukankah penolakan itu sama saja membiarkan 6000 orang di manggarai terus menganggur ?,bukankan penolakan itu semata-mata menyuruh seluruh penganggur manggarai untuk merantau hingga mati ditanah orang ?. sekali lagi jangan lah egois.

Kemudian apakah para missi dan dispora sudah melihat, seberapa banyak permintaan atau kebutuhan semen dimanggarai ?,sadarkah bahwa harga semen dimanggarai begitu mahal ?karena distibusinya harus dari kupang bahkan dari makasar. maksud saya jika kalian termasuk kaum intelektual yang masih bisa dipercaya, tidak ada salahnya jika telusuri dulu untung ruginya. bukan untung rugi kaum missi tapi seluruh masyarakat NTT terutama 3 kabupaten manggari timur,barat dan raya. lalu telaah kembali kegagalan masa lalu itu, karena tidak ada persolan tanpa penyebab dan solusi. di akhir pendapat saya mau pesan lebih khusus kepada para miisi, tolong jika diberi kewenangan mengelola pembangunan iman dan greja lakukan dulu itu sebaik-baiknya, jangan terlalu ikut campur dengan rencana pemerintah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun