Mohon tunggu...
Hubertus Lajong
Hubertus Lajong Mohon Tunggu... Guru - a chemistry taecher
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

belajar di pendidikan kimia Universitas palangka raya (UPR)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perlakuan Covid-19 Tak Seindah Kabut Asap

21 April 2020   22:29 Diperbarui: 21 April 2020   22:28 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita mengingat kembali masa yang lalu,masa dimana kota kita diselimuti asap akibat kebakaran hutan mungkin kita pasti akan troma dan tak mau kejadian itu kembli lagi. akan tetapi kajadian yang membuat kita banyak terinfeksi ISPA itu bahkan tidak melepas kita dari rasa peduli kemanusiaan terhadap sesama manusia.

Saya masih ingat betul dikala itu,dimana kami dan teman-teman ikat berpartisipasi dalam penanganan bencana kabut asap itu khusunya pembagian masker dan bahkan bukan hanya kami dan teman-teman namun begitu banyak orang dari antara kami yang turut turun kejalan membagikan masker sebagai rasa kepedulian mereka terhadap sesama manusia.

Dengan kerja sama dan saling membantu seperti itu hingga pada akhirnya badai itupun berlalu,namun ada hal yang berbeda yang kami temukan sekarang dikota cantik palangka raya pasca pandemi penyebaran covid-19.hal yang menurut kami sangat berbeda adalah soal ketersedian masker atau pembagian masker untuk warganya.

padahal kalau kita lihat dari prespektif keshatan bahwa dampak dari keduanya sangat berbeda jauh dimana memang keduanya sama-sama berbahaya akan tetapi keduanya tidak sama-sama mematikan.

Padahal Covid-19 (Corona Virus) adalah bencana yang sangat mematikan ketika kita bandingkan dengan kabut asap, namun kenapa ketersediaan maskernya atau keperdulian kemanusiaannya hampir tidak sebanding dengan kabut asap yang mungkin tidak terlalu mematikan itu.

Kejadian ini pun membuat kami bingung dan bertanya kok bisa? atau kalau boleh saya tebak bahwa masker itu memang ada akan tetapi penyalurannya tidak mengenai sasaran, lalu kalau benar tebakannya sampai kapan kah kita dilandai dengan Covid-19 ini. 

Kemudian perbedaan yang lain kami temukan soal bantuan kemanusiaan hal ini juga menurut saya perbedaannya sangat signifikan, apakah mungkin bahwa tidak ada bantuan sosial paska pandemi penyebaran covid-19 ini ataukah mungkin bantuan sosialnya ada tetapi kami saja yang mungkin tidak diakui statusnya sebagai orang miskin dan juga merupakan dampak dari penyebaran covid-19.

Tetapi sebagai masyarakat yang patuh terhadap pemimpin tidak mau mencurigai hal negatif itu, namun ijinkan kami untuk menyampaikan saran kepada pihak yang terkait dalam hal ini; tolong bila ada bantuan sosial segera lah dievaluasi soal keefektifannya artinya bahwa sejauh mana bantuan sosial itu tepat pada sasarannya dan tetaplah berjuang bersama melawan covid-19. Salam dari kami si penampung sampah yang tak di akui statusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun