Mohon tunggu...
Achmad Salamun SA
Achmad Salamun SA Mohon Tunggu... wiraswasta -

Keseharian banyak berkecimpung di bidang Proses Kimia, Safety, dan Pupuk / pertanian. Hanya ingin peduli akan masalah keseharian di Indonesia melalui tulisan tulisan pendek.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Belajar dari Keprihatanan atas Ambruknya Jembatan Kutai-Kartanegara

30 November 2011   16:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:59 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun terdengar beberapa alasan yang menyebabkan runtuhnya Jembatan Kutai-Kartanegara telah mengemuka, seperti adanya: - kemungkinan kesalahan spesifikasi material klem dan kabel penggantung, - adanya kemungkinan pemeliharaan yang kurang baik, - adanya kesalahan design, -adanya benturan berkali kali dari ponton pengangkut batubara dan kayu glondongan, yang pastinya diluar perhitungan karena di gedor terus menerus dari samping (seperti kita mencabut paku, pasti dipukul dari samping), dan Apakah ada pembelajaran dari runtuhnya Jembatan yang satu ini terhadap Jembatan yang ada di Indonesia?

Apapun hasilnya, mudah-mudahan (semoga) hasil penelitian terhadap runtuhnya jembatan Kutai-Kartanegara betul dilakukan secara profesional, dan hasilnya disebarkan ke seluruh pembuat, pemilik(?) dan pemelihara jembatan di seluruh Indonesia, sehingga bisa menjadi salah satu dasar (acuan) supaya tidak ada jembatan runtuh lagi, wah kalau kejadian kedua kali, malunya sebagai bangsa, jangan jangan sekolah teknik di Indonesia anjlok lagi ranking nya.

Indonesia sebenarnya punya Jembatan yang sudah cukup tua (berumur sekitar 45 tahun) yaitu Jembatan Ampera yang dibangun dari hasil pampasan perang, jembatan yang berada diatas sungai Musi di Palembang, dan tetap berdiri kokoh sampai sekarang, dimana sebenarnya puluhan toko dan kios di bawah jembatan pernah terbakar (diantaranya pada Oktober 2010) yang tentunya bisa merusak struktur jembatan, kemudian sering di tabrak kapal atau ponton, dan sejak kebakaran tersebut, Alhamdulillah Pemda Sumsel sudah mengantisipasi beberapa pencegahan terhadap kerusakan seperti membangun Fender (Pengaman tiang/ fondasi jembatan) agar bila tertabrak tidak langsung ke fondasi jembatan dan juga pelarangan Truk truk dengan tonase berat (tronton/trailer) melewati jembatan. Tapi mungkin dari semuanya itu ada pembeda diantara kedua jembatan Kutai-Kartanegara dengan jembatan Ampera, yaitu salah satunya pembuat jembatan Ampera adalah asing dan Jembatan Kutai-Kartanegara adalah bangsa sendiri (mungkin beda dalam mutu design, mutu material, mutu pemeliharaan, atau lainnya).

Bagaiman di Jakarta?, yang sekarang sering menjadi pertanyaan orang awam di Jakarta, bagaimana dengan kondisi jembatan terpanjang di Indonesia berupa jalan toll dalam kota diatas jalan by-pass di Jakarta, apakah sudah ada antisipasinya karena:
- Kalau tidak salah hampir setiap hari macet, dengan beban diam sebegitu besar jangan jangan bebannya lebih berat dari hitungan yang mungkin saja di-design (atau dihitung) saat beban dengan kendaraan sedang berjalan diatas 60 km/jam (atau beban menjadi lebih ringan), ini terasa sekali bila sedang macet, kendaraan kita bergoyang dan terasa sekali ayunannya.
- Kemudian, bila kita lewat terasa sekali kasarnya sambungan di jembatan, yang logika nya lebih menggetarkan jalan dan menambah beban seperti hal nya jembatan Kutai-Kartanegara terus terusan di tabrak ponton.
- Kemudian kalau tidak salah karena dibuat untuk tidak mengganggu jalan raya yang sudah ada, konstruksinya adalah design pertama kali dari konstruksi Sasrabahu, sehingga seharusnya pengamatan harus lebih teliti untuk hal (teknologi) yang pertama  diterapkan.
- Belum lagi beban yang kemungkinan berat sebelah karena adanya waktu pulang dan pergi kerja serta closing time nya pelabuhan Tanjung Priuk.

Salam jembatan aman,
(Opini pribadi ditambah sumber dari berbagai obrolan dan tulisan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun