Mohon tunggu...
Catatan_98
Catatan_98 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

terpaksa aku bercerita lewat kata, semua isinya seperti di depan mata. kutanya pada para bayang perihal ia terus melekat, yang semakin dekat dan buatku sukar memberi pendapat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hawa Nafsu

22 April 2022   04:17 Diperbarui: 22 April 2022   04:20 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hawa Nafsu
Jebakan delusi begitu dalam
Keinginan selalu saja terbayang
Bagaikan bayang hitam mencekam
seakan bathin dan jiwa terbungkam.

Entah mengapa
Begitu melesat intuisi yang telah lama terpendam
Hingga lupa menyadari komitmen yang telah lama tersimpan
Saat ini
terus saja terbelit kebingungan
Seakan terjebak ke dalam imaji di atas awan
Yang mengharapkan seutas harapan

Namun selalu saja keinginan pun datang tanpa di undang
Tanpa direncanakan hanya saja datang seketika sentak secara spontan
Fikiran kacau tak karuan menghantam hingga sesuatu keinginan harus terwujudkan
Bagaikan adhang adhang setanse embun
Begitu rabun jauh pengharapan.
Ketika keinginan hawa nafsu berperan
Aku menjadi darah situmpuk pinang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun