Proses pengkaderan harus memiliki tujuan pasca pengkaderan. jangansampai pengkaderan kita hanya seperti yang terjadi di tempat lain yang mengamalkan NILAI-NILAI ABSTRAK, Menanamkan LOYALITAS SEMU, dan Membentuk SOLIDARITAS BUTA. Sehingga para trainee (calon kader) cenderung hanya berakting dan tampil bagus di depan trainer (pengkader) pada masa bina. Namun nilai-nilai ini tidak mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari.
Terkadang suasana kedisiplinan, peran kemahasiswaan dan aplikasi nilai-nilai kemanusiaan hanya berlangsung selama pengkaderan, maka tidak perlu heran jika sebagian besar alumnus pengkaderan merasakan kebebasan yang luar biasa setelah melewati masa pengkaderan yang menurut mereka hanya membatasi ruang gerak dengan adanya aturan,kedisiplinan, cara berpakaian dan cara bicara. Karena setelah melewati masa-masa pengekangan mereka sudah terikat lagi dengan aturan-aturan tersebut, maka para alumnus nantinya tidak menganggap pengkaderan sebagai suatu kebutuhan dasar, tapi sebagai tempat ajang aktualisasi diri
Wajar kalau orang-orang diluar menganggap pengkaderan hanya menjadi proses ceremonial, ataukah sebagai formalitas pelaksanaan Proker, atau bahkan Ajang “romantisme masa lalu” oleh para pendahulunya yang ingin mengenang kembali masa indah yang pernah dibangun.
Padahal pengkaderan sebagai miniatur dunia luar sebenarnya dibuat untuk membentuk mental dan pola pikir serta kepribadian yang tangguh menghadapi dunia yang sesungguhnya. Mengapa cara berpakaian yang rapi, kedisiplinan, etos kerja, dan profesionalisme justru terabaikan setelah masa pengkaderan? Benarkah pengkaderan hanya sekedar sangkar yang dibuat agar generasi selanjutnya tetap merasakan susahnya masa-masa yang dilewati pendahulunya?
Maka wajar kalau banyak yang menganggap remeh alumnus pengkaderan. Karena terkadang proses pengembangan karakter dan kepribadian hanya bersifat temporer saja, yaitu pada masa bina kader, dengan penanaman NILAI-NILAI ABSTRAK, LOYALITAS SEMU, dan SOLIDARITAS BUTA.
Semoga kesalahan ini tidak terjadi juga di kampus tercinta kita
Saran saya, mari menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang membangun jiwa,membentuk karakter, serta mengembangkan kepribadian dengan materi dan muatan yang dapat di aplikasikan terus menerus. Bukan hanya sementara. Agar paradigma yang terbentuk adalah pengkaderan dibuat untuk membentuk kepribadian yang utuh.
Langkah kecil untuk memulai itu adalah dengan memperbaiki kinerja para trainer dan mulai menanamkan pencitraan positif kepada trainee. Berikan punishment yang sesuai saat ada pelanggaran dan berikan apresiasi saat ada hal positif yang ditunjukkan oleh trainee. Agak sulit memang, namun sedikit demi sedikit dengan berjalannya waktu dan sumber daya yang akan bertambah banyak, kita akan mampu bertahan dari intervensi pihak-pihak tertentu dan keluar jurang kesalahan yang terlanjur digali begitu dalam.
Salam sehat, salam sukses. Salam Kemanusiaan.
Asai, ex-anggota div.Litbang
di salah satu LSM
Makassar, 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H