Mohon tunggu...
Ahmed S El Hamidy
Ahmed S El Hamidy Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang pecinta ilmu yang masih terus belajar untuk lebih baik. Di sela kesibukan kerja, menulis dijadikan sebagai hobby untuk berbagi. "love to share" (sakti_ahmad@yahoo.co.id)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Panggil Aku "Opung"

26 Februari 2014   18:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:27 2244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393389227516361652

Keanekaragaman budaya di Indonesia menjadi sebuah keunikan ketika dipelajari dengan baik atas makna dari perbedaan itu sendiri. Sebagai contoh, saya sebelumnya sangat risih ketika melihat proses pernikahan adat Jawa- yang pada salah satu prosesi adatnya ada acara cuci kaki (red-panggih atau temu). Tapi, suatu ketika, saya terlibat dalam sebuah acara pernikahan teman. bertindak sebagai pembawa kembang mayang, membuat saya sadar bahkan meneteskan air mata menyaksikan betapa sakral dan mulianya makna yang terselubung di balik proses adat tersebut. Bagaimana tidak mulia, ketika kedua mempelai mencuci kaki kedua orang tua mereka dan meminta maaf sebagai bentuk bakti kepada jasa dan pengorbanan orangtua mereka. Dan banyak lagi makna yang dapat dijadikan sebagai hikmah, jika kita benar-benar mempelajari budaya tersebut secara lebih detail.

Berlanjut kepada budaya saya (red-batak), saya juga cenderung tidak begitu mengerti secara mendalam. yang saya tahu, sejak saya lahir, saya dinobatkan sebagai marga HASIBUAN mengikuti marga ayah saya. Namun,ketika beberapa kali di pertemuan yang berbeda, ada sekelompok orang yang memanggil saya  "opung" yang berarti "kakek", saya menjadi bingung dan ingin segera mencari tahu jawabannya. Seperti yang saya sebutkan tadi, saya memang tipe orang yang tidak begitu faham akan asal usul dari marga sendiri. Jika ditanya saya hasibuan apa, asal darimana, dan silsilahnya seperti apa, bakalan saya tidak bisa menjawab. Apalagi, dengan tiba-tiba saya dipanggil "Opung".

Setelah kejadian yang mengherankan itu, saya coba bertanya kepada orangtua saya, dengan harapan akan dapat jawaban yang memuaskan. Meleset,,,ternyata ayah saya juga tidak begitu faham. Dia hanya menyarankan supaya saya bertanya kepada kakek. Kakek saya hanya bisa menjelaskan bahwa kami bermarga "Hasibuan jenis Botung".

Tidak puas dengan jawaban tersebut, membuat saya semakin giat mencari jawaban yang lebih baik dan tidak tergolong mengada-ada. Hingga pencarian saya berakhir ketika saya bertemu dengan seorang yang bermarga HUTABARAT yang juga memanggil saya Opung.  Berikut penjelasan beliau, namun karena penjelasan yang begitu panjang, di sini saya hanya menuliskan penjelasan kenapa saya dipanggil "Opung".

"Opung, si Raja Hasibuan adalah keturunan dari Raja Sobu keturunan ke 5 dari Raja BATAK yang hidup pada abad ke 15 atau sekitar tahun 1455. Raja Sobu memiliki dua orang anak laki-laki, yakni TOGA SITOMPUL dan RAJA HASIBUAN. Makanya marga Hasibuan harus memanggil abang kepada setiap marga SITOMPUL yang ditemuinya. Kemudian, kenapa HASIBUAN sering dipanggil Opung. Tentunya yang memanggilnya Opung adalah keturunan dari marga hasibuan itu sendiri.

Si Raja Hasibuan memiliki lima anak laki-laki dan lima anak perempuan (boru), anak pertama bernama Raja Marjalo , Anak ke dua bernama Guru Mangaloksa, menikah dengan marga boru (putri) Pasaribu. Keturunan Guru Mangaloksa telah memakai marga baru yaitu Marga Hutagalung, Marga Hutabarat, Hutatoruan dan Marga Panggabean. Kemudian keturunan marga Hutatoruan menjadi marga Hutapea dan marga Lumbantobing, sementara keturunan marga Panggabean ada yang memakai marga Simorangkir dan keturunan dari Guru Mangaloksa ini dikemudian hari di kenal dengan sebuatan " SI OPAT PUSORAN ". Anak ketiga dari si Raja Hasibuan adalah Guru Hinobaan, merantau ke Barus/Sibolga atau Asahan namun tetap memakai marga Hasibuan. Anak ke empat bernama Guru Maniti yang menurut sejarah merantau ke Aceh ( Nangro Aceh Darussalam). Sedangkan keturuan ke lima adalah Guru Marjalang, yang mengadu nasib ke Padang Bolak/Sibuhuan, Sosa, dan Pinarik Kabupaten Padang Lawas juga tetap memakai marga Hasibuan."

Setelah mendengar penjelasan yang sangat rinci tersebut, barulah saya mengerti kenapa selama ini saya dipanggil kakek. marga Hutabarat, Hutagalung, Hutatoruan, Panggabean, dan keturunanya seperti, Hutapea, Lumbantobing, simorangkir adalah marga-marga keturunan marga hasibuan yang wajib memanggil "opung" kepada marga hasibuan walaupun usia mereka memungkinkan lebih tua dari marga hasibuan yang mereka panggil opung itu sendiri.

Itulah uniknya budaya dan sejarah, yang patut kita lestarikan. Sejak mengetahui silsilah tersebut, saya merasa lega dan lebih percaya diri karena jika saya bertemu dengan keturunan marga Hasibuan yang saya sebutkan di atas, sudah dapat dipastikan bahwa mereka akan memanggil saya kakek. Atau jika tidak, saya akan dengan tegas berkata, "Panggil aku, OPUNG". :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun