Refleksi Transportasi Umum pada Masa Kecil
Pada paragraf awal sudah digambarkan sedikit mengenai bagaimana pada masa kecil, yaitu tahun 2000-2003, sangat terasa sekali pengalaman menaiki angkutan umum seperti oplet dan juga kapal kelotok saat pergi ke kota untuk bersilaturahim pada hari raya Idulfitri. Pagi-pagi sekitar jam enam sudah berada di dermaga, menunggu kapal yang ingin ke kota. Orang-orang dengan sabar menunggu sembari menikmati makanan yang ada di dermaga.
Suasana saat menaiki kapal kelotok ini sangat menyenangkan. Kita bisa melihat kapal lain dan juga perahu kecil para pelayan menjaring ikan. Warna air yang coklat menggambarkan suasana atau karakteristik Kalbar. Suara mesin kapal membuat orang mengantuk. Tidur di kapal sangat enak sekali, getaran mesin di geladak kapal membuat getaran seperti meninabobokan penumpang.
Bagi saya, kapal kelotok masih menyimpan kenangan masa kecil bersama keluarga, terutama bersama bapak. Kenangan itu tidak cuma di lautan, di daratan juga saya punya pengalaman yang menyenangkan dengan bapak. Saat itu, oplet di Kubu Raya masih banyak. Satu, dua, tiga oplet masuk; bus juga masuk, baru datang dari kabupaten lain atau kota lain, menurunkan penumpang kemudian berangkat lagi.
Saat itu oplet masih berdesak-desakan. Banyak sekali penumpang yang ingin bepergian, entah ke mana, tapi saat itu memang angkutan umum sangat laris. Sampai-sampai saya duduk di paha bapak. Dulu saya masih kecil jadi tidak menjadi persoalan, saya masih bisa bernapas. Kecuali saat itu membuat sesak, kemungkinan saya akan menangis. Jadi oplet maupun kapal adalah angkutan umum yang menyenangkan. Tapi sayangnya kini mati oleh perkembangan zaman beserta kecanggihannya.
Transportasi Umum Hanya Kenangan Masa Lalu
Sepertinya transportasi umum di Kubu Raya, Kalbar, sudah tidak lagi bisa dioperasikan dan dihidupkan kembali. Banyak yang harus menjadi pertimbangan, terutama terkait efisiensi waktu, dan juga sudah banyak orang-orang memiliki kendaraan pribadi. Orang tidak lagi menggunakan oplet di kabupaten saja 99% mati; di kota juga 98% tidak lagi ada penumpang. Maka sulit untuk dihidupkan kembali, kecuali bus-bus besar antar negara seperti Damri masih beroperasi. Jadi, cukup jadikan saja transportasi umum ini sebuah kenangan yang pernah menemani perjalanan masa kecil kita. Transportasi umum sudah menjadi bab yang tertutup, tidak butuh lagi narasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H